Syair dan Lagu Diciptakan oleh: Ismail Marzuki - Musik Dibawakan oleh Twilite Orchestra Featuring Victorian Philharmonic Orchestra - Australian orchestra. Orkestra ini di afiliasi oleh the Melbourne Symphony Orchestra.
- Conductor: Addie MS
etika Anda sedang membuka portal ini untuk pertama kalinya, perkenankanlah kami menyampaikan sesuatu pengingat untuk Anda. Bila Anda sedang berada di mana pun, apakah di suatu tempat di negeri ini atau di tempat lain, yang jauh di luar dari negeri, baik untuk tinggal sementara, maupun menetap selamanya, kami mengingatkan bahwa kita tetap merupakan bagian yang tak terpisahkan dari negeri ini. Tanah Air tercinta, NKRI, sejatinya membutuhkan peran serta kita, walaupun mungkin ada di antara kita, saat itu hidup di negeri ini hanya sebatas sebagai tempat kelahiran atau tempat dibesarkan bersama keluarga. Peran serta Anda untuk berbagi pengalaman atau keahlian sangat dibutuhkan negeri, untuk mewujudkan keselamatan. Prakarsa Anda dalam mewujudkan keselamatan, dijamin oleh Undang-Undang. Kirimkanlah tulisan singkat tentang keselamatan, melalui email kami. Apapun isinya agar disertakan sumber dan referensinya. Apabila lolos dan terpilih, akan kami olah dan kemas, sesuai dengan format dan kriteria kami. Tulisan yang diterima akan disajikan dalam Pojok Negeri ini, dan, apabila Anda berkenan kami akan mencantumkannya sebagai kontributor dan kami sebagai editor. Namun apabila tidak berkenan tentang penyebutan tersebut, kami akan menyajikan tulisan tersebut secara umum tanpa identitas. Kami tidak memberikan imbalan apapun atas tulisan yang dimuat. Kami memiliki hak sepenuhnya untuk memuat atau tidak, tulisan Anda. Setiap saat Anda berhak menarik kembali tulisan yang telah dimuat. Bagi pengunjung kami yang telah dengan setia bergabung, indonesia-icao.org mengucapkan terima kasih. Portal ini sejak awal tetap dikelola secara not for profit, namun profit taking kami peroleh dari Anda sebagai pembaca setia, yang merupakan modal utama kami. Tanpa Anda kami tiada. Terima kasih bangsaku. Salam selamat.
Kisah Caribou Lawas Tangguh yang Jatuh
Catatan Redaksi: "...It is always better to be on the ground and wish to fly, than to fly and wish to be on the ground"....Tulisan tersaji berikut ini semata-mata dibuat untuk "mengenang" pesawat jenis Caribou pesawat lawas, tangguh yang di furbish (furbished) dengan mesin turbo sehingga menjadi baru. Pesawat ini sejak awal direncanakan untuk upaya mulia meningkatkan perekonomian dan misi kemanusiaan (economic development and humanitarian use) masyarakat yang tinggal di wilayah bumi pertiwi paling timur di lokasi terpencil di Papua. Nama Caribou berasal dari nama jenis rusa kutub (reindeer) yang hidup tangguh di lereng pegunungan bercuaca ekstrim dingin seperti di Kanada bagian utara.
Tentunya pesawat jenis DHC-4T, Caribou ini direncanakan untuk dioperasikan untuk jangka waktu yang lama, khususnya bagi masyarakat di Kabupaten Puncak, Papua yang memiliki bandar udara Aminggaru, Ilaga, yang memiliki panjang landasan 600m dan berada diketinggian 7.500 kaki di atas permukaan air laut. Namun takdir memutuskan lain, pesawat ini hanya bertahan 5 bulan sejak memasuki wilayah Papua. Akhirnya sang Caribou ini harus "terbaring" selamanya di bumi pertiwi, di Ilaga Pass, di lereng berketinggian 12.000kaki di koordinat 04°S 137°E, jauh dari tempat lahirnya. Sang rusa kutub harus mengakhiri operasinya dalam waktu yang sangat singkat di Indonesia. Siapakah "si rusa kutub" itu? Dia awalnya beregistrasi N303PT yang berpenampilan baru sejak 3 Mei 2016, setelah berganti mesinnya dengan P&WC PT6A- 67T buatan Pratt & Whitney Kanada dan kemudian berganti "kebangsaannya" menjadi PK-SWW. Jenis pesawat dan pabrik pembuat mesin pesawat tersebut dikenal handal dan pembuat mesin terbaik di dunia saat ini. Penerbangan ke/dari bandar udara Ilaga yang termasuk plateau airport, sejak 1987 tercatat telah mengalami 8 kecelakaan fatal dan non fatal (sampai dengan 2019), 5 diantaranya terjadi di tahun 2016, bahkan dengan 3 kecelakaan terkini (fatal dan non fatal) terjadi di rentang waktu tersingkat yaitu 2 bulan (PK-SWW dan PK-JBR dan PK-BVM). Jumlah kecelakaan fatal yang disebutkan tadi akan bertambah lagi bila dihitung pula dengan penerbangan dari bandar udara Ilaga ke bandar udara lainnya seperti Mulia di Kabupaten Puncak Jaya.... Tentang kecelakaan di bandar udara Ilaga sendiri sudah kami sajikan terlebih dahulu di halaman utama ini dalam artikel lainnya yaitu Penerbangan Selamat ke Bandar Udara Plateau.
Menurut informasi terkini yang kami peroleh, landasan Ilaga sedang dalam proses perpanjangan dimulai tahun 2017. Kami berharap isi tulisan ini, yang disusun dari berbagai sumber terpercaya, benar-benar dapat menggugah hati para pengunjung setia kami, apakah Anda sebagai pembaca biasa, ahli, cendekia, pemerhati, pencermat, pengamat atau bahkan pemutus kebijakan yang peduli keselamatan di negeri tercinta ini, Indonesia, untuk turut berperan serta. Berbagai informasi yang belum pernah dikutip oleh media di negeri ini telah kami sajikan hanya bagi Anda pengunjung setia Indonesia-ICAO.org. Have a nice reading.......Pabrik pesawat yang memproduksi jenis Caribou ini adalah de Havilland Aircraft of Canada Ltd yang berlokasi di Toronto, Ontario Kanada. Pabrik yang berlokasi di Kanada ini didirikan tahun 1928 oleh perusahaan induknya yang berada di Inggris. Dalam perjalanan sejarah produksi pesawat, pabrik de Havilland Aircraft of Canada dikenal telah memproduksi berbagai jenis pesawat handal yang hingga kini masih populer dan beroperasi ( in service). Pesawat yang diproduksi tersebut adalah jenis Chipmunk, Beaver, Otter, Caribou, Buffalo, Twin Otter, Dash-7 dan Dash-8. Pabrik pesawat de Havilland Aircraft of Canada Ltd. kemudian diakuisisi oleh Bombardier Aerospace sejak Maret 1992. Dari sekian banyak produksi pesawat de Havilland Aircraft of Canada tersebut, ada beberapa hak pembuatan jenis pesawat bermesin propeller (baling-baling) yang kemudian dijual kepada pabrik pesawat Viking Air Ltd. of Sidney yang berlokasi di propinsi British Columbia, Kanada. Bombardier masih mempertahankan lisensi pembuatan pesawat jenis Dash-7 dan Dash-8. Khusus jenis Dash-8, kemudian dikembangkan oleh Bombardier dengan seri Q yang dikenal dengan Q400. Sedangkan pesawat yang populer disebut Caribou ini termasuk salah satu yang dibeli hak pembuatannya oleh Viking Air Ltd. Jenis pesawat Caribou ini aslinya adalah versi militer bermesin reciprocating (piston ) dan termasuk dalam jenis STOL (short take-off landing).
Proses pembelian pesawat lawas ini oleh Pemerintah Kabupaten Puncak Papua relatif singkat. Didahului dengan kunjungan bisnis oleh rombongan Pemerintah Kabupaten Puncak, Papua, Indonesia ke Cape May County Board of Chosen Freeholders,NJ Amerika yang kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke Pen Turbo Aviation Inc. pada 23 Pebruari 2016. Setelah melalui kesepakatan bisnis, pesawat yang akan dipergunakan oleh Pemerintah Kabupaten Puncak untuk kepentingan meningkatkan ekonomi dan misi kemanusian itu, beberapa bulan kemudian sudah siap untuk segera diterbangkan menuju Indonesia. Inilah gambar pesawat N303PT sehari sebelum penerbangan jarak jauhnya dimulai.
Beberapa bulan sebelum pesawat diterbangkan menuju Indonesia, diawali terlebih dahulu dengan keberangkatan rombongan dari Indonesia ke Amerika. Rombongan dipimpin oleh bupati Puncak Papua ke Cape May County, NJ bertujuan untuk meninjau persiapan kedatangan pesawat yang akan dibeli. Rombongan disambut terlebih dahulu dalam sebuah pertemuan Freeholders Caucus yang diketuai oleh Gerald Thronton sebagai direkturnya. PEN Turbo Aviation adalah sebuah bengkel pesawat Amerika yang berhasil melakukan re-engineering pesawat Caribou dari asalnya bermesin piston R-2000 Twin Wasp menjadi turbo. Turboprop yang berasal dari 2 kata turbo (turbine) dan propulsion (penggerak ), secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah mesin turbin yang menghasilkan tenaga untuk menggerakkan baling-baling pesawat yang berasal dari udara yang dipanaskan (combusted) dan dimampatkan (compressed) dalam ruang turbin, yang kemudian akan menjadi tenaga penggerak baling-baling yang kemudian akan mendorong pesawat untuk terbang. Turboprop adalah mesin yang lebih tangguh dibandingkan piston. Inilah gambar irisan penampang sebuah mesin pesawat jenis turboprop. Terlihat dalam gambar berikut ini, udara yang masuk (air intake), compressor, ruang pembakaran dan tekanan turbin (turbine pressure).
Re-engineering mesin pesawat Caribou ini yang awalnya diproduksi oleh de Havilland Canada pada tahun 1972, dari piston menjadi turbo, akan dapat meningkatkan kekuatan daya dorong mesinnya maupun daya kapasitas angkutnya. Pesawat bermesin piston berbahan bakar avgas (aviation gasoline) sedangkan pesawat bermesin turboprop berbahan bakar avtur (aviation turbine). Pen Turbo Aviation Inc. adalah sebuah bengkel pesawat khusus untuk modifikasi mesin pesawat piston menjadi turbo yang berlokasi di Cape May, NJ., Amerika. Bengkel pesawat inilah yang telah berhasil mengganti mesin pesawat N303PT dengan jenis P&WC PT6A- 67T buatan Pratt & Whitney. Pilot dari pabrik pesawat ini telah melakukan test flight perdana pesawat N303PT pada 2014 dengan hasil memuaskan. Mesin ini diakui oleh pabriknya sebagai mesin yang memiliki kekuatan yang berkisar dari 500 sampai lebih dari 2000 shp (shaft horse power). Dalam buletin resminya disebutkan pula oleh pabrik mesin pesawat ini bahwa PT6A telah dipakai oleh 6.500 pesawat dari lebih 170 negara. Kemampuan lainnya adalah dapat bertahan beroperasi di wilayah Antarctica (di wilayah kutub selatan) dan Arctic (di wilayah kutub utara) yang bersuhu 70°C di bawah titik beku (0°C). Di sisi lainnya, pesawat ini dibuat memang dengan berbagai keperkasaan untuk terbang di wilayah terpencil dan plateau. Panjang landasan yang diperlukannya pun sangat pendek, cukup hanya kurang dari 300m. Prestasi pesawat ini memang sudah teruji ketika dipergunakan di perang Vietnam. Angkatan Darat Amerika membeli sebanyak 159 unit untuk transportasi taktis pasukannya. Dari pesawat bekas US Army itulah beberapa Caribou ini dibeli oleh maskapai di Indonesia untuk melayani penerbangan kargo di Papua.
Setelah melalui pembahasan yang cermat, Pemerintah Kabupaten Puncak Papua pun akhirnya tertarik untuk membeli pesawat lawas bekas ini, untuk dipergunakan melayani operasi penerbangan kargo ke/dari bandar udara Ilaga di Kabupaten Puncak. Bandar udara ini terletak terpencil di daerah plateau Papua yang dikelilingi oleh pegunungan yang dikenal dengan nama Puncak Mandala. Sejak diputuskan untuk dibeli dan direncanakan akan dipergunakan oleh Pemerintah Kabupaten Puncak, pesawat N303PT yang ketika itu telah berumur 44 tahun, segera dipersiapkan oleh Pen Turbo Aviation Inc., untuk melakukan penerbangan ferry jarak jauhnya dari Amerika ke Indonesia. Penerbangan ferry adalah penerbang tidak langsung menuju tujuan akhir yang akan menempuh jarak jauh. Selanjutnya, pesawat ini terdaftar dimiliki oleh Pemkab. Puncak dan akan dioperasikan oleh Trigana Air Service. Maskapai ini memang sejak 2004 telah mengoperasikan jenis Caribou yang telah lebih dahulu dimilikinya. PK-YRO (dimiliki maskapai ini sejak 2005, buatan 1961) dan PK-YRJ (dimiliki sejak 2004 buatan 1961). Kedua Caribou DHC-4A yang dimiliki oleh Trigana adalah pesawat bekas US Army ketika Vietnam War (1955-1975). PK-YRO dihapus dari CoR Certificate of Registration atau dinyatakan written-off setelah mengalami kecelakaan di Mamit, Papua pada 10 Oktober 2006. Badan pesawat PK-YRO terbelah dua karena pesawat kehilangan kendali pada saat akan mendarat akibat posisi sudut mendaratnya terlalu rendah (tajam) atau dikenal dengan sebutan undershot. Sedangkan pesawat PK-YRJ mengalami kecelakaan tergelincir di bandar udara Mulia pada 30 Juli 2007. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan dan diatur secara lebih khusus lagi dalam Peraturan Menteri Nomor 7/2016, maka, ketiga pesawat Caribou itu tidak dapat diberikan sertifikat CoA dan CoR lagi, sebagai persyaratan untuk beroperasi, karena selain sudah hancur karena mengalami kecelakaan juga sudah melewati batas umur pesawat kargo yang diperkenankan.
Pesawat N303PT, diterbangkan ke Indonesia, masih dengan registrasi Amerika yaitu N303PT. Rute penerbangannya dari Amerika ke Indonesia diawali dari bandar udara keberangkatan tempat asal (pemiliknya) Pen Turbo Aviation Inc., Cape May Airport, NJ via Santa Maria CA kemudian melalui Honolulu dan beberapa bandar udara di pulau yang terletak di samudera Pasifik dan selanjutnya ke bandar udara Frans Kaisiepo Biak Indonesia. Initial heading (arah penerbangan berdasarkan arah kompas atau compass bearing) pesawat di lima segments penerbangan ferry, ketika menuju ke Biak berkisar dari 249° sampai 278° (westerly), lihat peta selengkapnya di bawah ini. Tercatat dalam Flight Track Log, segment terakhir sebelum mendarat di bandar udara Frans Kaisiepo Biak, pesawat ini lepas landas dari Pohnpei Islands Samudera Pasifik. N303PT lepas landas dari Pohnpei International Airport, Selasa 10 Mei 2016 pukul 09.11AM/Pont menuju Biak dengan menempuh jarak 1.694sm dalam waktu tempuh secara nonstop selama 9 jam 11 menit. Inilah peta jalur penerbangan ferry N303PT dari Amerika ke Indonesia yang ditempuh dalam total waktu lebih dari 51 jam terbang dengan jarak sejauh 15.716km sejak 3 Mei 2016 sampai 10 Mei 2016. Selama perjalanan long haulnya dalam 5 segments tersebut, dilaporkan teknis dan operasi penerbangan lancar. Kinerja mesin pesawat dalam kondisi baik, hanya perangkat radio HF di pesawat yang bermasalah. Kerusakan radio komunikasi High Frequency (HF) pesawat ini dapat diatasi dengan mempergunakan HF radio portable milik Cpt. BoB. Penerbangan ferry melalui samudera Pasifik yang penuh dengan resiko ini diawaki oleh John Early sebagai PIC, Bob Ambrose sebagai pilot ferry yang berpengalaman dan Greg Hudson sebagai ahli mesin pesawat. Inilah jalur panjang pesawat lawas bermesin turbo baru ketika melewati bagian selatan samudera terluas di dunia, Pasifik.
Setelah melalui penerbangan jarak jauhnya, N303PT mendarat dengan selamat di bandar udara Frans Kaisiepo Biak pada Selasa 10 Mei 2016 sore hari pukul 04.23WIT* (*terkoreksi, di mana sebelumnya dicantumkan ETA sesuai FPL adalah 03.55WIT). Ketiga awak pesawat N303PT disambut kalungan bunga dalam sebuah upacara khusus yang meriah. Beberapa hari setelah mendarat di bandar udara Frans Kaisiepo Biak Papua, N303PT kemudian berganti menjadi registrasi Indonesia, PK-SWW. Konon kabar yang diperoleh dari sebuah sumber berita di media lokal, pesawat N303PT ini, semenjak pendaratan pertamanya di Biak tersebut, sempat "grounded" beberapa lama (±4bulan), sehingga tidak langsung dioperasikan, dengan alasan tidak lengkapnya persyaratan dokumen clearance. Tidak dijelaskan lebih rinci oleh media online tersebut persyaratan dokumen apa yang belum dilengkapi. Sebuah pesawat asing (beregistrasi negara asing) bila akan menerbangi/memasuki ruang udara untuk mendarat di bandar udara di Indonesia, sebelumnya harus memiliki terlebih dahulu 3 jenis ijin sebelum memulai penerbangannya. Ketiga ijin tersebut yaitu, Security Clearance (Kemenhan), Diplomatic Clearance (Kemenlu) dan Flight Aprroval (Kemenhub). Sedangkan bila sebuah pesawat udara yang akan dibeli oleh pihak maskapai atau operator di Indonesia harus memperoleh 1 bentuk izin lagi yaitu Customs Clearance. Apabila Anda ingin mengetahui lebih jauh tentang hal ini, dapat membacanya di artikel tersedia berjudul Interception di bawah subheading Global Information. Pesawat lawas ini melakukan penerbangan nonstop terlama ketika terbang di segment antara Cape May Airport, NJ. (east coast) ke Santa Maria, CA. (west coast) di ruang udara di atas daratan Amerika. Jarak antara 2 bandar udara tersebut sejauh 2.182nm dapat ditempuh secara nonstop dalam waktu 13 jam 13 menit. Penerbangan nonstop terlama itu dimungkinkan karena pesawat ini membawa 2x "collapsable tanks" berkapasitas total 2x 529 gallon bahan bakar tambahan di dalam kabin. Collapsable tank adalah sejenis tanki bahan bakar pesawat berbahan khusus yang lentur yang dapat dilipat setelah selesai dipergunakan. Penerbangan ferry ini menempuh jarak sejauh ±15.716km dalam 5 segments, melalui samudera Pasifik, diterbangkan oleh pilot berpengalaman dan berlisensi yang dikeluarkan oleh FAA dan TC (Transport Canada). Pilot ini terkenal berpengalaman melakukan penerbangan jarak jauh melewati samudera Pasifik secara ferry untuk jenis pesawat bermesin turboprop dan piston. Inilah gambar tanki tambahan penerbangan ferry 2x 529 gallon collapsable tanks lintas samudera di kabin pesawat lainnya yaitu jenis SAAB340.
Salah satu perusahaan pengantar pesawat lintas negara (World Wide Ferry) yang dipergunakan oleh beberapa maskapai Indonesia untuk mengambil jenis pesawat bermesin turboprop dan piston adalah Planes & Parts Ltd yang berlokasi di Calgary Kanada. Sayangnya, beberapa bulan kemudian, pesawat yang masih "baru" ini, mengalami kecelakaan fatal (CFIT) justru untuk jarak penerbangan yang paling singkat, yaitu hanya berjarak ±55nm. Pesawat nahas tersebut mengalami kecelakaan dalam jarak penerbangan yang waktu tempuhnya kurang dari 1 jam, ketika akan sampai di Ilaga dari bandar udara keberangkatan Moses Kilangin, Timika. Inilah gambar upacara penyambutan PK-SWW tersebut, setelah mendarat di bandar udara Ilaga, enam minggu sebelum mengalami kecelakaan fatal. Terlihat di bagian depan petugas Air Traffic Service (ATS) dari AirNav Indonesia bandar udara Aminggaru Ilaga. Mereka adalah lulusan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, yang ditempatkan sebagai petugas ATS yang melayani tower Ilaga di pelosok terpencil paling timur di negara tercinta ini. Mereka patut untuk disebut sebagai "Pejuang Langit Timur".
Petugas ATS di bandar udara plateau ini secara proaktif akan memberikan beragam informasi penting kepada pesawat yang akan mendarat maupun lepas landas. Informasi yang dimaksud dapat berupa kondisi bandar udara, cuaca terkini termasuk bila terjadi perubahan mendadak menjadi buruk, traffics (pergerakan pesawat lain), kecepatan angin dan altimeter setting QNH serta berita lainnya yang akan dikirimkan melalui komunikasi radio. Pilot pesawat wajib mempergunakan informasi penting tersebut sebelum melakukan keputusan turun/ meninggalkan batas terendah ketinggian selamat dalam proses pendekatan atau untuk menghindari cuaca buruk. Dalam proses pendekatan dan pendaratan, sebelum memutuskan untuk meninggalkan ketinggian jelajah, pilot flying (PF) harus memastikan bahwa pesawat akan terbebas (clear) dari traffics atau berbagai obstacles di bawahnya. Kecelakaan pesawat akibat menabrak permukaan ketinggian dikenal dengan sebutan Controlled Flight Into Terrain (CFIT dibaca sebagai cee fit). Kecelakaan CFIT banyak terjadi di wilayah pegunungan atau plateau seperti di Papua. Kecelakaan ini terjadi sebagian besar diakibatkan oleh karena pilot mengalami spatial disorientation (pilot kehilangan orientasi letak yaitu tidak mengetahui secara benar/tepat pesawatnya sedang berada di posisi mana) ketika sedang melakukan manuver dalam menghadapi cuaca buruk umumnya di fase pendekatan.
Menurut data statistik terbaru dari ICAO, bentuk kecelakaan ini sebenarnya sudah sejak tahun 2000 yang lalu "ditinggalkan" oleh banyak negara di dunia, sehingga sejak 2000 - kini, turun peringkatnya dari urutan # 1 bergeser menjadi urutan ke-3 jenis kecelakaan fatal di dunia setelah Runway Safety Related Events (RS) dan Loss of Control In-flight (LOC-I). Artinya jumlah kecelakaan jenis CFIT sudah berkurang drastis akibat telah dapat teratasi oleh berbagai macam standar dan teknologi modern perangkat peringatan dini. Alat yang populer tersebut terpasang di pesawat untuk menghindari permukaan ketinggian
di darat ini dikenal dengan sebutan GPWS (ground proximity warning system) bahkan dengan generasi lanjut EGPWS (Enhanced GPWS). Fasilitas di darat seperti perangkat radar jelajah (surveillance radar) dan alat otomatis observasi keadaan cuaca terkini dari alat bernama AWOS (Automated Weather Observing System) akan sangat membantu petugas ATS dan meteorologi (observer atau forcaster) di darat untuk menginformasikan keadaan cuaca sewaktu. China telah membangun perangkat radar hampir di semua rute jelajahnya. Tidak adanya perangkat radar jelajah sebagai salah satu alat bantu atau air navigational aid di rute Timika - Ilaga menjadikan para petugas ATS di darat hanya mengandalkan posisi pesawat berdasarkan laporan (visual) pilot pesawat ketika berada di satu titik posisi. Melihat seringnya kecelakaan di wilayah ini, saran kami, sudah saatnya dipergunakan peralatan surveillance di sepanjang rute ke/dari bandar udara yang dikelilingi oleh puncak pegunungan. Selamat bekerja para "Pejuang Langit Timur", senantiasa lakukanlah yang terbaik demi keselamatan.
Rencana operasional pesawat ini di bumi paling timur Indonesia ini harus berakhir dengan cepat. Ternyata takdir Allah SWT. Tuhan Sang Pencipta Alam, Yang Maha Kuasa harus memutuskan lain, pesawat lawas perkasa ini akhirnya harus grounded selamanya, sangat jauh dari tempat lahirnya di Kanada, sangat jauh dari tempat awal beroperasinya di Afrika dan Kanada, terbaring selamanya di bumi pertiwi Indonesia bagian paling timur. Berita menyedihkan ini diterima, 5 bulan sejak pesawat ini mendarat pertama kalinya di bumi Indonesia, setelah menyelesaikan penerbangan ferrynya yang sangat jauh. Musibah yang sering dialami oleh penerbangan di wilayah paling timur negara kita ini seperti kejadian rutin saja. Pada Senin 31 Oktober 2016, telah terjadi peristiwa kecelakaan menyedihkan ke-3 di tahun 2016. Pesawat lawas bermesin turbo baru, PK-SWW terbang di jalur singkat yang dikelilingi oleh pegunungan. Pesawat ex perang Vietnam itu jatuh menabrak bukit dengan jumlah korban tewas 4 orang awak pesawat beserta kargo yang berisi antara lain alat alat pembuat irigasi dan pencampur semen total seberat 3.130kg. Pesawat kargo jenis Caribou (de Havilland Canada DHC-4T = Turbo) ini awalnya diberitakan hilang kontak dengan petugas ATS, setelah 26 menit lepas landas dari bandar udara keberangkatan Moses Kilangin, Timika (07.23 WIT). Padahal pesawat beregistrasi PK-SWW milik Pemerintah Kabupaten Puncak - Papua yang dioperasikan oleh Perkumpulan Alfa Indonesia namun diterbangkan oleh pilot Trigana Air Service itu, baru saja disambut pendaratan penerbangan pertamanya ke Ilaga dalam sebuah upacara adat besar-besaran yang bernama Bakar Batu pada 15 September 2016.
Pesawat ini dipastikan mengalami kecelakaan setelah tertangkapnya sinyal marabahaya melalui Emergency Locator Transmitter pesawat ini di posisi 04° 07" 46'S 137;° 38" 11'E, berjarak 40-45 NM dengan radial 060° terhadap posisi "TMK" VOR (TMK = Tanggo Mike Kilo adalah identifikasi untuk VOR Timika = VHF Omnidirectional Range yaitu alat bantu navigasi penentu letak landasan) pada pukul 08.23WIT. Pihak BASARNAS memastikan lokasi jatuhnya pesawat tersebut di koordinat 04° 06" 27' S - 137° 38" 79' E pada ketinggian 12,000 feet.
Ketinggian puncak Mandala yaitu pegunungan yang mengelilingi Ilaga memiliki puncak tertinggi 15.000 kaki. Lokasi kecelakaan pesawat ditemukan oleh tim BASARNAS dalam operasi SAR setelah dinyatakan pesawat PK-SWW memasuki fase distress atau DESTRESFA. Distress Phase dihitung 30-60 menit sejak estimasi waktu lapor di sebuah posisi atau ETA yang tidak kunjung datang menjadi waktu lapor aktual atau ATA. Pernyataan keadaan distress dilakukan setelah deklarasi INCERFA dan ALERFA oleh petugas ATS terkait yang bertanggung jawab di bandar udara tujuan. Posisi kecelakaan yang ditemukan di ketinggian tersebut adalah merupakan elevasi umumnya untuk wilayah di sekitar Ilaga Papua. Ini merupakan kecelakaan fatal kedua sejak 1987 dan pertama di tahun 2016 sehingga menjadikan total telah terjadi 6 kecelakaan non/fatal pada penerbangan di/menuju ke bandar udara ini (2 kecelakaan dengan korban dan 4 tanpa korban). Belum sampai 2 bulan sejak terjadinya musibah Caribou, telah terjadi kembali kecelakaan di bandar udara Aminggaru Ilaga (disebut Kaminggarru oleh website Pemkab. Puncak). Rabu 23 Nopember 2016, sebuah pesawat milik Jhonlin Air Transport PK-JBR jenis Cessna Grand Caravan tergelincir di bandar udara Ilaga. Dalam kecelakaan yang ke-4 dalam tahun 2016 ini, tidak ada penumpang dan awak pesawat yang cedera. Kecelakaan ke-5, terjadi kembali ketika pesawat jenis Pilatus PC-6 PK-BVM milik Susi Air tergelincir pada 31 Desember 2016 pagi. Tidak ada korban pada kecelakaan pesawat yang membawa kargo tersebut. Apa sebenarnya yang terjadi?. Scapegoat sebagai faktor yang paling sering diucapkan adalah cuaca buruk di Papua sulit diprediksi dan perubahannya terjadi secara cepat. Cuaca buruk merupakan salah satu faktor yang biasanya akan dimasukkan dalam daftar salah satu kelompok faktor penyebab multifactors. Apakah ada faktor lainnya yang harus kita temukan dan ungkap agar kecelakaan non/fatal di bumi pertiwi paling timur ini bukan merupakan sebuah kejadian rutin? Cuaca semacam di Papua ini bukan hanya terjadi di Indonesia, banyak negara yang memiliki cuaca super ekstrim seperti ini, namun banyak pula otoritas di negara tersebut yang dapat mengatasinya dengan baik, tanpa harus terus menerus mengalami kecelakaan ulangan yang sama. Sebuah kejadian kecelakaan atau insiden bukanlah tanpa adanya penyebab. Sebuah kecelakaan pesawat terbang, dapat dipastikan, diawali oleh adanya tindakan tidak terpenuhinya unsur keselamatan. Terjadinya sebuah kecelakaan sangat besar kemungkinannya disebabkan oleh tidak terpenuhinya sekurang-kurangnya satu dari unsur teknis, praktis (operasional), administratif atau regulasi. Sudah terlampau sering diberitakan oleh dunia tentang kecelakaan pesawat di bumi pertiwi yang terletak di bagian paling timur Indonesia ini. Memang diakui bahwa faktor penyebab sebuah kecelakaan di dominasi oleh akibat adanya cuaca yang buruk ketika pesawat dalam posisi pendekatan dan pendaratan. Di beberapa negara (ada ±50 negara) penggunaan alat bantu navigasi berbasis satelit telah lama dipergunakan. 2 maskapai domestik dan charter Indonesia yang beroperasi di wilayah Papua telah menggunakan perangkat watching pergerakan semua pesawatnya untuk memberikan informasi penting cuaca sewaktu (real time) dalam pelayanan flight followingnya. Perubahan cuaca di Papua memang sering terjadi di luar prakiraan. Sayangnya, beberapa maskapai yang mengalami kecelakaan tersebut belum mempergunakan layanan alat berbasis satelit yang murah dan sederhana tersebut. Kita tidak mungkin bisa merubah cuaca ekstrim di sebuah wilayah, namun, sangatlah mungkin melakukan tindakan untuk mengatasinya. Marilah, setelah membaca isi artikel tersebut di atas kita semua ikut berperan serta secara nyata dalam meningkatkan keselamatan di negeri ini khususnya, bumi pertiwi Papua..... (Sumber:Aviation Safety Network, Cape May County Herald.com, Wikipedia English Versions, PEN Turbo Aviation, Great Circle dan Flight Track Log).
Apakah Anda Sudah Berbudaya Keselamatan?
agaimana mempraktikkan definisi di atas dalam kehidupan sehari-hari, agar kita mendapatkan keselamatan?.
Untuk menjawab pertanyaan sesuai judul di atas, marilah kita mulai dari kata workplace di definisi di atas, yang harus diartikan lebih luas lagi. Sebuah lokasi tempat bekerja bukan hanya sebagai tempat bekerja di sebuah institusi saja, namun juga diartikan sebagai sebuah tempat di mana kita beraktivitas, yaitu dapat berbentuk sebagai sebuah bangunan rumah tangga (home) yang kokoh, yang merupakan tempat tinggal dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Rumah (Home), selain merupakan tempat kehidupan, juga diartikan sebagai tempat yang memberikan kehangatan, ketenangan, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan di dalamnya. Siapapun kita, apakah sebagai anggota atau kepala rumah tangga, tentu memiliki tanggungjawab untuk mewujudkannya, dengan ikut bersikap, berbicara, berbagi, berdiskusi dan berperilaku tentang keselamatan itu. Berperilaku sesuai nilai-nilai keselamatan, sebagai kepala rumah tangga yang juga berarti akan bertindak sebagai panutan, wajib dimiliki untuk diperlihatkan, sekurang-kurangnya untuk menjadi pedoman bagi semua anggota keluarga, sebagai kesiapan, bila akan melakukan perjalanan ke tempat lain atau berinteraksi dengan masyarakat luar. Itu semua tentunya, demi keselamatan anggota keluarga. Manusia cerdas Bumi, adalah pelaku keselamatan atau kesehatan yang selalu berupaya untuk mengutamakan kepatuhan dan pencegahan seutuhnya, terlebih dahulu, dengan menjalankan semua protokol kesehatan (COVID-19), atau standar keselamatan, agar, insya ALLAH, selalu terhindar dari kecelakaan atau penyakit (terpapar COVID-19), bukan sebaliknya, yaitu, baru mau melakukan kepatuhan terhadap semua aturan setelah mengalami kecelakaan atau sakit (COVID-19). Manusia cerdas saat ini, telah menjadikan budaya keselamatan sebagai "way of life" nya. Kita semua adalah mahluk cerdas Bumi, sepanjang akal dan pikiran yang telah diberikan oleh ALLAH swt., dipergunakan dengan sebaik-baiknya demi keselamatan dan kesehatan.
Di waktu sekarang, di mana negeri kita ini sedang memasuki bulan-bulan puncak penyebaran virus COVID-19, dalam mematuhi, melaksanakan dan menjaga kesehatan dengan protokol kesehatan yang sudah dinyatakan secara nasional bahkan global, adalah merupakan sebuah keharusan. Di negeri ini, protokol kesehatan yang telah diberlakukan selama ini, terbukti menjadi perangkat penyelamat anggota keluarga dan diri kita dari pandemi global wabah virus COVID-19 yang dapat menyebar ke siapa saja, tanpa pandang bulu dan tanpa bisa dikendalikan. Lakukanlah terlebih dahulu pemahaman dan kepatuhan menjalankan protokol kesehatan itu dengan benar, dimulai dari lingkungan keluarga, sebelum kita ke luar rumah untuk berinteraksi dengan masyarakat. Salam Selamat Bangsaku, semoga dengan mematuhi semua protokol kesehatan dan standar keselamatan, insya ALLAH kita akan diberi kesehatan dan keselamatan oleh ALLAH swt.
Pesawat Trigana Kecelakaan Lagi
ilamana ada pertanyaan, maskapai apa yang masih beroperasi sampai sekarang, paling sering mengalami kecelakaan atau insiden di Papua, maka dengan berat hati apabila harus dijawab dengan benar, maka jawabannya adalah, Trigana Air Service (apabila maskapai pelat merah Merpati Airlines masih beroperasi, maka jawaban yang paling tepat adalah Merpati). Di portal ini sudah berapa kali dikutip dari berbagai sumber berita baik dari dalam maupun luar negeri menyangkut kecelakaan pesawat yang dioperasikan oleh maskapai Trigana Air Service, baik kecelakaan fatal, non fatal dan insiden.
Sampai sebelum tanggal 15 Juni 2019, ketika ± 60 maskapai Indonesia dilarang terbang memasuki ruang udara Uni Eropa, maskapai ini termasuk yang dilarang dan dikategorikan sebagai 1 dari 3 maskapai di dunia (2 lainnya dari Afghanistan dan Suriname), dengan peringkat 1 - 2 bintang (unsafest = paling tidak selamat, dan unsafe) oleh airlineratings.com, portal peringkat keselamatan penerbangan dari Australia.
Kecelakaan terkini yang dialami oleh maskapai ini terjadi pada hari Selasa 28/7/2020 sekitar pukul 07.35 WIT, di bandar udara Wamena di saat cuaca bandar udara tertutup kabut yang mengakibatkan jarak pandang hanya 1 - 2 km. Pesawat PK-YSZ jenis Boeing B737-300F (F = Freighter = Cargo) ini, mengalami kecelakaan ketika sedang melakukan pendaratan di runway 15 bandar udara Wamena, sehingga badan pesawat menutup runway (blocked). Menurut sumber warta kami, AVH News, disebutkan bahwa ketika PK-SYZ melakukan pendekatan dan touching down, terlihat oleh saksi mata di darat, manuver pesawat tidak stabil atau oleng (unstable approach), sehingga mengakibatkan bagian sayapnya menyentuh permukaan landasan.
Gambar di atas bukan dari pesawat PK-YSZ namun dari pesawat B737-300F Trigana yang lain, PK-YSG yang mengalami kecelakaan terlebih dahulu, yaitu 5 bulan sebelumnya, di bandar udara Sentani, Jayapura, yang mengakibatkan nose wheel dan salah satu roda pendarat utamanya patah (collapse), selain itu juga bagian mesin #2 mengalami kerusakan. Untungnya kejadian itu terjadi di saat pesawat masih sedang di posisi taxiway sebelum melakukan proses lepas landas. Pesawat ini kembali beroperasi setelah selesai diperbaiki beberapa hari kemudian. Maskapai Trigana adalah maskapai reguler yang juga mengangkut penumpang selain kargo, khususnya untuk melayani penerbangan di wilayah Papua. Kedua pesawat jenis B737-300Fyang dioperasikan itu, adalah pesawat kargo maskapai Trigana yang sudah berumur lebih dari 30 tahun.
Sumber: AVH News, Aviation Safety Network dan airlineratings.com
PK-PAG Tergelincir
etelah bertugas melayani penerbangan kebangsaan dengan selamat, demi BBM 1 Harga di bumi Nusantara paling timur, yang bercuaca ekstrim dan berpegunungan, Papua, sejak mulai beroperasi, 2016 sampai dengan tahun 2020, setiap hari, akhirnya pesawat handal dengan pilot berpengalaman ini mengalami juga kecelakaan minor di bumi Papua. Kecelakaan yang dikenal dengan sebutan runway excursion di saat pendaratan di bandar udara Karubaga, Kabupaten Tolikara merupakan kecelakaan pertama kali yang dialami oleh pesawat Air Tractor AT-802 PK-PAG ini. Kecelakaan yang merusakkan bagian sayap kiri dan kemungkinan, kedua unretractable landing gears nya, terjadi pada 9/6/2020 pukul 09.12 WIT pagi hari. Bandar udara ini berada di ketinggian ±5.948 kaki di atas permukaan laut. Di Tiongkok, bandar udara yang berketinggian di atas 5.000 kaki disebut plateau airport. Ada banyak bandar udara berelevasi tinggi di dunia semacam ini, untuk selengkapnya, cukup "klik" saja,Penerbangan Selamat ke Bandar Udara Plateau. Bandar udara Karubaga memiliki alokasi kode 4 huruf dari ICAO sebagai WABK dan 3 huruf dari IATA, KBF (Kode 4 huruf dari ICAO = ICAO 4 letter location indicators, ini dapat berubah berdasarkan amandemen terbaru). Bandar udara Karubaga secara operasional adalah bandar udara berstatus umum dan dikelola oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara - Kementerian Perhubungan.
AT-802 Air Tractor dengan registrasi PK-PAG, di saat kejadian sedang rutin mengangkut 3.500 liter BBM (3,5 Kilo liter) untuk Kabupaten Tolikara dari bandara Mozes Kilangin, Timika (WABP). Pesawat terlihat dalam gambar mengalami kerusakan minor di bagian sayap sebelah kiri.
PK-PAG yang dioperasikan oleh anak perusahaan Pertamina, Pelita Air Service telah melakukan penerbangan setiap hari, untuk melayani masyarakat Papua, sebagai bagian dari NKRI, yang tinggal di pedalaman, untuk memperoleh BBM dengan harga yang sama dengan yang telah dinikmati oleh masyarakat Indonesia lainnya. PK-PAG pada waktu kejadian diterbangkan oleh pilot tunggal Andrew Matthew, warga negara Kanada, dan dilaporkan dalam keadaan selamat. Cuaca bandar udara Karubaga, Tolikara dilaporkan baik di saat itu. Pesawat ini ditargetkan untuk mengangkut 150 kilo liter BBM khusus di wilayah Papua, dalam 1 bulan (dalam beberapa penerbangan setiap hari dalam 5 hari setiap seminggu). Anda dapat membaca bagaimana perjalanan panjang, pesawat unik berhidungpanjang ini selengkapnya, hanya di AT-802/A Air Tractor Mengangkut BBM 1 Harga Sumber: Humas POLRI
Penumpang Beretika
tika penumpang di dalam kabin pesawat ini adalah hasil survei dari LondonCity Airport, Inggris. Ada 10 bentuk perilaku penumpang yang dicermati dalam survei ini yang dianggap dapat mengganggu penumpang lain dan awak kabin, yang jumlah tindakan yang dilakukan setiap penumpang diukur dalam %. Menurunkan sandaran tempat duduk seenaknya, sehingga caranya akan mengganggu penumpang di belakangnya (63%), rebutan atau menguasai terus menerus sandaran tangan tempat duduk (55%) dan sikap kasar dan ucapan tidak senonoh terhadap awak kabin (53%), merupakan 3 tindakan penumpang yang paling sering memicu menjadi sebuah keributan. Bagi penumpang penerbangan non stop jarak jauh (juga bisa diberlakukan bagi penerbangan lainnya), disarankan untuk mengisi waktu dengan sebaik-baiknya selama dalam penerbangan. Tentunya hasil survei ini belum disesuaikan dengan protokol kesehatan bagi penumpang pesawat dalam pencegahan penularan COVID-19, karena dilaksanakannya pada 2015.
Penerbangan non stop jarak jauh adalah penerbangan yang dapat menimbulkan kejemuan, bila tidak dipersiapkan dengan baik. Penerbangan jarak jauh semacam itu, yang umumnya adalah penerbangan point to point antar benua dan lintas samudera, akan ditempuh dalam waktu antara 10 - > 15 jam, tanpa transit. Selama waktu itu, sangat diperlukan kepedulian bersama untuk saling menjaga perilaku antar penumpang, agar perjalanan menjadi menyenangkan dan nyaman. Penumpang yang menimbulkan keonaran ketika dalam penerbangan disebut unrully passenger, dan dapat dikenakan sanksi hukuman. Penumpang yang membuat keresahan penumpang lain, atas keputusan kapten pilot dengan alasan security, dapat diturunkan di bandar udara terdekat, untuk diserahkan oleh maskapai yang bersangkutan melalui sebuah berita acara resmi kepada pihak keamanan bandar udara (airport police), untuk diproses lebih lanjut. Di penerbangan internasional, sikap kita akan mencerminkan bangsa. Banggalah menjadi bangsa Indonesia.
4M untuk Kita Bersama
enggunaan masker akan melindungi bukan hanya diri kita, tapi juga semua anggota keluarga kita yang serumah, dari penularan COVID-19. Pernyataan ini, sudah menjadi bukti yang tak terbantahkan kebenarannya. Kita tidak tahu, kapan, dan di mana kita bisa terjangkit virus COVID-19, artinya, setiap orang yang tidak patuh menggunakan masker, berpeluang untuk tertular dan kemudian menularkannya.
yo kita gunakan masker, di mulai dari diri kita, ketika sedang berada di luar rumah, terutama di saat akan berbicara atau berinteraksi dengan orang selain anggota keluarga inti di rumah. Apabila Anda adalah kepala anggota keluarga di rumah, maka Anda bertanggungjawab atas kesehatan mereka semua. Kesehatan Anda, adalah awal kesehatan keluarga yang akan menjadi kebahagiaan bersama. Kita harus jadikan penggunaan masker ini sebagai way of life kita selama belum ditemukan vaksin virus Corona yang ramah bagi badan kita. Badan Sehat, Keluarga Kuat, membentuk Negara Hebat.
Panduan New Normal di Warung Makan dari BPOM, Dikutip dari Tempo.Co
yo kita patuhi panduan pencegahan penularan COVID-19 di Warung Makan ini, untuk kesehatan bersama keluarga. Badan Sehat, Keluarga Kuat, membentuk Negara Hebat. Kenormalan Baru adalah era baru kita ketika melakukan kehidupan yang bersih dan sehat, bersama masyarakat luas.
Selamat Lebaran Bangsaku
USOAP & Otoritas
apa redaksi: Tulisan singkat ini adalah sumbangan kami sebatas tanggapan atas kebijakan Otoritas penerbangan di negeri ini dalam melakukan pembinaan melalui penggantian SDM dan organisasi terkait dengan penetapan pejabat. Artikel dalam website ini mengulas secara terbuka dalam bentuk populer semua masalah terkait dengan keudaraan yang diharapkan dapat menjembatani (sebagai bridging) bagi pejabat yang berasal dari disiplin ilmu di luar penerbangan sipil, khususnya agar lebih mendalami arti sebuah upaya keselamatan seutuhnya dalam penerbangan sipil. Inilah tradisi "unik" kami, sebagai pelaku keselamatan selama ini, dalam menjaga dan mempertahankan kelestarian keselamatan penerbangan sipil untuk bangsa.
Hanya untuk sekedar diketahui bersama, bahwa walaupun tingkat kecelakaan pesawat udara sipil di dunia dari tahun ke tahun naik-turun (berpatokan kepada jumlah kecelakaan fatal tahun 2017 versi ICAO, sebagai tahun paling selamat dunia), namun masih berada di rentang rekor rendah (berdasarkan jumlah kecelakaan dan total korban), bila dibandingkan dengan jumlah orang dan barang yang berhasil diangkutnya. Data dari World Bank menyatakan bahwa jumlah penumpang terangkut dunia pada 2019 telah mencapai 4,1 miliar. Sedangkan data dari ASN (Aviation Safety Network), menunjukkan bahwa dari jumlah tersebut tingkat kecelakaan fatal (2019) mencapai 20, dan jumlah korban meninggal 283 orang. Dari 4,1 miliar penumpang terangkut dunia, tahun 2019 itu, penerbangan di Amerika adalah mengangkut penumpang yang terbanyak, yaitu mencapai 925,5 juta orang (by country), dan berdasarkan wilayah (by region) adalah Asia-Pacific, yaitu 34,3%. USOAP adalah program audit keselamatan berkala dari ICAO yang dilakukan terhadap 192 negara anggotanya.
Tahukah Anda, bila terjadi kecelakaan pesawat udara di negeri ini, siapa yang akan menangani pertama kali? Bila tempat kejadiannya di landasan atau di sekitar bandar udara, maka petugas Airport Fire Fighting & Rescue (AFFR) dari pengelola bandar udara yang akan melakukan penanganan pertama kali. Namun bila terjadi jauh di luar jangkauan bandar udara, berdasarkan notifikasi dari petugas ATS (tower) akan dilakukan oleh tim SAR. Petugas tower (AFIS dan ADC) sebelumnya akan memberikan declare terkait dengan hilang kontaknya komunikasi dengan sebuah pesawat yang diperkirakan mengarah kepada terjadinya sebuah kecelakaan. Declare tersebut dinyatakan dalam 3 tingkatan, Incerfa, Alerfa dan Detresfa. Urutan declare sangat menentukan bagi tim penolong (SAR) untuk memulai tindakan pertolongan yang berarti lebih cepat ditangani (ditolong), akan lebih banyak yang terselamatkan.
Pasca kejadian kecelakaan (setelah operasi SAR selesai), siapa yang akan melakukan kelanjutan penanganannya? Di seluruh dunia, setiap negara atau otoritas memiliki badan penyelidik kecelakaan sendiri. Ada yang bernama penyelidik kecelakaan (accident investigation) dan ada pula yang bernama badan keselamatan (safety board), kedua-duanya memiliki tugas yang sama walaupun namanya berbeda. Badan itu akan menyelidiki kecelakaan secara tuntas, bertugas secara profesional, independen, terbebas dari berbagai macam tekanan dan kepentingan.
Semua proses dan urutan yang disebutkan di atas, diatur dalam berbagai Dokumen dan Annexes yang dikeluarkan oleh ICAO. Setelah dilakukan penyelidikan yang sesuai dengan ketentuan ICAO Annex 13 Aircraft Accident and Incident Investigation, maka badan penyelidik tadi setelah melalui proses panjang akan mengeluarkan Laporan Akhir dengan menyertakan beberapa pernyataan antara lain adalah rekomendasi keselamatan. Tujuan paling utama dari penyelidikan kecelakaan adalah sebagai pembelajaran bagi semua pihak agar kecelakaan itu tidak terulang kembali atau untuk menemukan standar keselamatan baru, bukan sebagai bahan tuntutan di pengadilan. Rekomendasi pada Laporan Akhir, bisa ditujukan kepada maskapai, pabrik pesawat, pengelola bandar udara, badan pengelola navigasi udara atau otoritas penerbangan sipil, atau semua yang disebutkan itu. Namun dari badan itu semua, hanya otoritas penerbangan sipil (sebagai wakil contracting state) yang akan dinilai oleh ICAO melalui audit keselamatan berkala yang dikenal dengan nama USOAP (Universal Safety Oversight Audit Programme).
Hasil USOAP berbentuk penilaian terhadap kecukupan kinerja otoritas melalui besaran nilai (%) implementasi efektif kinerja keselamatan dari otoritas yang akan dibandingkan dengan angka besaran rata-rata dunia. Bila nilai EI (%) sama atau di atas rata-rata dunia berarti kinerja otoritas negara tersebut dinilai baik, dan sebaliknya bila di bawah rata-rata dunia, disebut inadequate. Itu merupakan bentuk pengawasan keselamatan berjenjang dari ICAO melalui otoritas penerbangan sipil di seluruh dunia untuk mewujudkan terbentuknya keselamatan seutuhnya bagi pengguna transportasi udara. Nilai implementasi efektif itulah yang akan dijadikan pedoman untuk mengukur kinerja dari otoritas negara itu. Nilai USOAP seluruh negara anggota, selanjutnya, dipublikasikan oleh ICAO secara terbuka kepada masyarakat dunia melalui website resminya. USOAP mulai diperkenalkan oleh ICAO sejak Januari 1999.
Isi paragraf di atas, mencerminkan bahwa dalam kaitannya dengan masalah keselamatan penerbangan sipil, ICAO akan berinteraksi langsung dengan otoritas (Civil Aviation Authority = CAA) atau di beberapa negara dikenal penyebutannya dengan singkatan DG yang berasal dari nama organisasi Directorat General of Civil Aviation di Indonesia disebut, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. USOAP akan menilai secara cermat 8 aspek (Legislation, Organization, Licensing, Operations, Airworthiness, Air Navigation Services, Accident Investigation dan Aerodromes), sebagai parameter dalam menilai kinerja otoritas. Penilaian di masing-masing aspek akan dijabarkan melalui puluhan bahkan ratusan pertanyaan yang diajukan secara cermat dan sangat spesifik yang harus dijawab sejujurnya dan profesional oleh otoritas penerbangan (DG). 2 aspek yang paling penting adalah diawali dengan tersedianya aturan (Legislation) dan organisasi SDM (Organization) yang sesuai dengan kriteria ICAO. Harus diakui, memang di penerbangan sipil, pengawasan organisasi penerbangan internasional begitu jauh memasuki ranah prerogatif sebuah negara anggota (contracting state), mengingat keselamatan (di penerbangan) padat dengan standar dan teknologi.
Selain itu hak mendapatkan keselamatan adalah sebuah pemenuhan salah satu hak azasi manusia seutuhnya. Maka apabila aspek SDM ditangani tidak sesuai dengan kriteria ICAO, akan berakibat langsung kepada sikap profesionalisme para pelaku keselamatan (fungsional teknisi elektronika, inspektur, penguji, pengawas dan pengelola navigasi udara). Oleh sebab itu, bila terjadi pergantian bentuk struktur organisasi dan pejabat yang akan melaksanakan penugasan keselamatan, sebaiknya harus mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh DG sebagai badan yang akan diaudit oleh ICAO untuk mewujudkan keselamatan di sebuah negara.Sumber: USOAP ICAO, IATA dan ASN
Insiden Serius DHI- 782
ni merupakan tulisan pertama kali yang disusun dalam kemasan populer yang sumber utamanya berasal dari laporan akhir badan resmi komisi keselamatan transportasi Indonesia (KNKT = NTSC). Selain itu, kami pun mengutip dari berbagai sumber terpercaya lainnya sebagai kelengkapan tulisan ini. Sebagaimana motto website ini, kami mengunduh rekam jejak digital insiden ini dalam bentuk pdf dari luar, yaitu portal AVH News. Insiden ini kembali diangkat semata-mata hanya sebagai pengingat bagi semua pihak yang terkait dan bangsa ini, bahwa kita pernah mengalami insiden serius ini, yang menurut para ahli keselamatan, dimasukkan kategori kejadian yang sangat berbahaya bagi keselamatan. Tulisan ini sangat diharapkan menjadi reminder bagi pihak berwenang untuk melakukan berbagai aturan agar kejadian semacam ini tidak terulang kembali di masa yang akan datang. Selamat membaca.Walaupun maskapai ini sudah dicabut izin operasinya oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada 18 Juni 2008, namun ada baiknya kita mencermatinya lebih dalam lagi agar dapat memahami, siapa, apa, bagaimana dan mengapa, terkait dengan insiden serius ini. Sebagian pelaku dalam penerbangan ini masih ada yang bertugas sampai sekarang, sebagian lagi sudah pensiun, dan mereka semua merupakan saksi hidup atas kejanggalan operasi penerbangan, yang dalam dunia penerbangan sipil, mungkin hanya terjadi di negeri ini. Memang kegagalan alat navigasi semacam ini pernah dialami oleh beberapa maskapai yang terbaik keselamatannya, namun proses penanganannya yang sangat berbeda dan tidak sampai menyimpang sampai berpuluh-puluh nautical mile, dan mendarat di bandar udara yang tidak diketahui identitasnya. Kami telah memasukkan materi yang tidak pernah kami temukan dalam tulisan di media gambar dan cetak di Indonesia, dengan maksud untuk memperjelas tentang kejadian ini. Pesawat PK-KKE dikembalikan oleh Adam Air kepada pihak yang menyewakannya (lessor) pada 11/2007 dan hingga kini masih laik terbang dan dioperasikan oleh maskapai dari Venezuela, Estelar Latinoamerica dengan registrasi YV-2918, untuk melayani penerbangan reguler internasionalnya ke Chile, Portugal, Argentina, Spain, Peru dan Italy. Masih dioperasikannya pesawat ini, membawa pesan bagi kita semua, bahwa pesawat B737-329 bekas PK-KKE ini masih laik terbang, sepanjang dirawat dengan baik dengan mematuhi ketentuan kelaikudaraan yang berlaku. Inilah selengkapnya untuk Anda Insiden Serius DHI 782, selamat membacanya.
Komunikasi Radio Helikopter di Offshore
YO pembaca setia kami, marilah kita MOVE ON sejenak dari COVID-19 dengan membaca artikel ringan ini. Komunikasi yang dimaksud pada judul di atas adalah hubungan radio dua arah, khususnya antara pilot pesawat helikopter dengan petugas stasiun radio penerbangan (aeronautical station) yang bertugas di platform. Penerbangan helikopter di atas perairan (over water) dengan di darat memiliki aturan standar keselamatan yang berbeda, khususnya dalam berkomunikasi. Pelayanan komunikasi radio pada artikel ini akan menjelaskan, pemberian informasi penting bagi lalu lintas penerbangan helikopter khususnya di atas perairan (offshore = lepas pantai), mempergunakan kanal VHF. Di banyak negara seperti Amerika, Australia, United Arab Emirates dan United Kingdom diberlakukan ketentuan terhadap standar keselamatan operasi helikopter yang terbang di atas lautan dalam waktu tempuh tertentu.
Salah satu kewajiban tersedianya pelayanan itu adalah untuk memberikan pelayanan keselamatan. Bentuk karakteristik operasional helikopter, menjadikan jenis pesawat bersayap putar (rotary wing) ini bisa lepas landas dan mendarat di mana saja (any open space areas). Tempat pendaratan dan lepas landas helikopter disebut Heliport, yang bisa terletak di permukaan sebuah bandar udara (surface level heliport), di atas bangunan tinggi atau atap gedung rumah sakit (elevated heliport), di kapal atau vessel (shipboard helideck) atau di rig/platform (rig helideck). Beragam tempat pendaratan itu menjadikan proses lepas landas dan pendaratannya diatur secara khusus dan lebih ketat. Standar aturan yang diberlakukan oleh negara-negara tersebut di atas bersifat internasional. Beragamnya lokasi pendaratan helikopter, menjadikan penerbangan ini menjadi pilihan terbaik di kondisi tertentu pada saat tidak dapat dilayani oleh jenis pesawat udara bersayap tetap.
Inggris adalah salah satu negara yang merupakan bagian dari North Sea, wilayah ladang minyak yang mengoperasikan layanan pesawat helikopter terbanyak dan tersibuk di dunia untuk dukungan kegiatan eksplorasi dan produksi. Tercatat penumpang penerbangan offshore di North Sea yang terangkut rata-rata berjumlah 2 juta karyawan perminyakan dalam setahunnya. Jumlah itu berarti ± 5.479 orang perhari, dan bila dibagi 24 orang/1 penerbangan helikopter = minimal ±228 penerbangan perhari bila mengoperasikan helikopter berkapasitas 24 orang = Super Puma atau EC 225 LP. North Sea dikelilingi oleh pantai dari beberapa negara yang saling bersinggungan yaitu, Inggris, Denmark, Norwegia, Swedia, Jerman, Belanda dan Prancis, menjadikan North Sea masuk kategori marginal sea. Di dasar laut North Sea diyakini terkandung jutaan kubik minyak dan gas. Penerbangan helikopter offshore dari sisi negara Inggris, Belanda, Denmark dan Norwegia, dipusatkan di Aberdeen International Airport (Scotland), yang mencapai 25% dari seluruh kegiatan penerbangan offshore North Sea. Ada 4 operator helikopter yang berpangkalan di bandar udara ini untuk melayani 16 pangkalan ladang minyak North Sea. Aturan standar dari negara ini untuk pelayanan keselamatan operasional penerbangan helikopter lepas pantai telah menjadi rujukan banyak negara.
NATS (National Air Traffic Services), badan pengelola navigasi penerbangan Inggris, mempergunakan sistem wide area multilateration technology untuk mendukung operasional lalu lintas penerbangan di area seluas 25.000 NM², di ruang udara yang menjadi tanggungjawabnya (Upper level).
Di Inggris, salah satu bentuk pelayanan keselamatan penerbangan helikopter yang ditetapkan oleh otoritas penerbangan sipil (CAA = Civil Aviation Authority UK) adalah tersedianya pelayanan Air Ground Communications Service (AGCS) yang memberikan information service dan pemberian traffic. Pelayanan di masing-masing platform, sesuai ketentuan otoritas penerbangan sipil Inggris itu dilakukan oleh petugas radio bersertifikat (helideck radio operator). Bentuk keselamatan penerbangan helikopter di platform lepas pantai North Sea yang memiliki lalu lintas padat, pelayanan di ruang udara sektor bagian atas (upper) dikendalikan oleh NATS, sedangkan untuk bagian terminalnya berkomunikasi dengan petugas radio operator di masing-masing platform (AGCS). CAA mempersyaratkan, HLO (Helicopter Landing Officer) harus terlebih dahulu memiliki Radio Operator's Certificate of Competence (ROCC) sebelum sertifikatnya diterbitkan (prerequisite). Sistem koordinasi pelayanan yang demikian, merupakan standar internasional di Inggris untuk mewujudkan keselamatan, efisiensi dan efektifitas.
Banyak negara memiliki pelayanan penerbangan helikopter, apakah itu untuk di ruang udara perkotaan (mainland), di atas perairan, remote areas atau di lepas pantai. Semua operasional pelayanannya harus mematuhi aturan yang ditetapkan oleh otoritas setempat, berpedoman kepada peraturan standar keselamatan dari ICAO. Di Indonesia, banyak perusahaan migas dan mineral memerlukan pelayanan helikopter untuk mendukung eksplorasi dan produksinya, agar memperoleh hasil yang optimal. Sesuai ketentuan yang diberlakukan otoritas, setiap perusahaan itu salah satunya diwajibkan menugaskan petugas radio operator. Perusahaan migas dan mineral yang home base dan rignya dilengkapi dengan helideck atau heliport, harus memenuhi persyaratan keselamatan melalui sertifikasi helideck/heliport yang diterbitkan oleh otoritas terlebih dahulu sebelum dioperasikan.
Salah satu kewajiban yang disebutkan dalam proses penerbitan sertifikat helideck itu adalah melengkapi dengan personil heliport yang memiliki sertifikat kompetensi. Perusahaan semacam ini sejatinya adalah investor potensial yang perlu didukung dengan berbagai pengurusan perizinan yang rentang rantai birokrasinya tidak panjang. Dalam struktur bisnis usaha migas dan mineral, perusahaan ini adalah merupakan investor yang akan menyumbangkan pemasukan besar ke kas negara. Investor ini perlu untuk dilindungi usahanya agar mencapai produksi yang optimal yang pada gilirannya nanti akan menambah pundi negara dari hasil perolehan ekspor migas dan mineral serta pos pembayaran pajak dan PNBP (non pajak).
Prosedur berkomunikasi petugas Radio Operator penerbangan lepas pantai di Indonesia senantiasa mengikuti pedoman Documents dan Annexes yang dikeluarkan ICAO. Kemampuan petugas Air-Ground di negeri ini, kemungkinan, terlengkap di dunia, mengingat materi yang harus dikuasainya, bukan hanya untuk melayani Air-Ground saja. ICAO di dalam beberapa Dokumennya, merekomendasikan, bahwa pelayanan keselamatan penerbangan bersifat gate to gate, yang berarti mempersyaratkan adanya kelengkapan berita estimasi dan aktual dimulai saat sebelum dan sesudah keberangkatan, enroute dan pendaratan. Lisensi Radio Operator di Indonesia juga meliputi rating (sub-bagian) komunikasi Ground-Ground. G-G akan memberikan pelayanan agar nilai efisiensi sebuah penerbangan helikopter menjadi tinggi, sebagai bentuk koordinasi antar stasiun penerbangan keberangkatan dan kedatangan. Berita tentang sebelum penerbangan dimulai, ketika sudah terbang dan sesudah pendaratan terus dipertukarkan antar stasiun di darat yang terkait. Kemampuan memberikan pelayan berita Traffic dan Speci (significant weather) secara proaktif juga diberikan. Di Indonesia, melalui pelatihan yang diberikan oleh Approved ATS Training Provider, para petugas radio dibekali aturan internasional yang juga memenuhi persyaratan untuk kualifikasi memberikan pelayanan berupa flight following dan alerting service. Pelayanan keselamatan penerbangan helikopter di sektor perminyakan dan mineral di Indonesia di desain dalam bentuk yang lebih melayani, lengkap dan proaktif, sehingga memiliki catatan keselamatan yang baik. Itulah tradisi kami dalam turut mewujudkan dan mempertahankan keselamatan di negeri ini.
Mereka bekerja bukan hanya demi keselamatan penerbangan, juga akan menjadikan operasional perusahaannya menjadi efisien dan efektif. Pelayanan komunikasi radio mewujudkan keselamatan dan efisiensi. Sumber: Annexes dan Documents dari ICAO dengan narasi indonesia-icao.orgGo Home 🏠
Boeing B707-138B Milik John Travolta
oeing 707 dan John Travolta memiliki persamaan, yaitu memasuki ageing. Bila Boeing 707 adalah jenis pesawat yang produk pertamanya di produksi pada tahun 1950-an (1958), demikian juga Mr. Travolta dilahirkan di tahun 1950 an tepatnya 18 Februari 1954, dan kedua-duanya masih eksis sampai sekarang. Boeing 707 masih in service hingga sekarang, walaupun dalam jumlah terbatas, demikian juga John Travolta penyanyi legendaris yang masih aktif sampai kini. Pesawat buatan pabrik Boeing Amerika ini termasuk pesawat legendaris, berjangkauan terbang menengah dan jarak jauh, narrow body yang diproduksi oleh Boeing sejak 1958 – 1979. Pesawat ini dapat mengangkut 140 sampai 219 penumpang dengan jangkauan terbang antara 2.500 sampai 5.700 NM (4.630 sampai 10.650 km). Penerbangan percobaan pertama kali jenis B707-120 dilakukan pada 20 Desember 1957. Test flight pada penerbangan itu dipiloti oleh Joseph John "Tym" Tymczyszyn, pilot US Army Air Corps merangkap penerbang tes FAA dan James R. Gannett, yang menjadikannya mendapatkan sertifikasi pertama kali dari FAA untuk jenis pesawat ini.
Terlihat di gambar atas, pesawat sedang dalam persiapan untuk diterbangkan jarak jauh dari Georgia, Amerika ke Sydney, Australia. Sejak 2017, pesawat yang paling disayangi oleh John Travolta dari ke-4 pesawat yang dimiliki dan masih laik terbang ini disumbangkan oleh John Travolta kepada HARS (Historical Aircraft Restoration Society), Illawara Regional Airport, di Albion Park, NSW Australia. Pesawat akan berubah registrasi dari Amerika menjadi Australia di saat akan diterbangkan ke Sydney Australia nanti.
Pesawat ini awalnya adalah milik maskapai dari Australia, Qantas dengan registrasi VH-EBM yang diberi nama "City of Launceston". Pesawat jet bermesin 4 itu diserahkan oleh pabriknya, Boeing pada 10/9/1964, yang kemudian dioperasikan sampai dengan tahun 1968. Setelah melalui beberapa kepemilikan, yang salah satunya adalah penyanyi Frank Sinatra, kemudian pesawat ini pada tahun 1998 dibeli oleh John Travolta dan diberi registrasi N707JT oleh FAA. Pesawat itu kemudian diberi nama oleh John Travolta dengan mempergunakan nama anaknya, "Jett Clipper Ella". Pada 2017 pesawat ini didonasikan kepada komunitas penggemar pesawat lawas bernama HARS, dan sejak itu dipersiapkan untuk dapat diterbangkan oleh HARS ke hometown nya di Albion Park, NSW Australia. Ketentuan kelaikudaraan untuk menerbangkan pesawat ini dari Amerika ke Australia harus mendapat izin terlebih dahulu dari FAA Amerika dan CASA (Civil Aviation Safety Authority) Australia, mengingat pesawat ini selain sudah berumur (ageing) juga tidak dioperasikan oleh HARS sejak 2017. Untuk memperoleh sertifikasi laik terbang kembali, diperlukan inspeksi yang sangat teliti terhadap pesawat ini, salah satunya adalah dengan mempergunakan metoda HFEC (High Frequency Eddy Current), untuk mengetahui retakan di badan pesawat, airframe dan ke-4 mesinnya.
Pesawat jet lawas yang telah berumur 55 tahun ini, direncanakan akan menerbangi jarak sejauh 10.000 mil secara ferry (transit di beberapa bandara) dan melewati samudera Pasifik. Untuk itu, diperlukan pula izin transit dari beberapa otoritas bandar udara yang akan didaratinya. Pesawat ini akan terbang dari Brunswick, Georgia Amerika ke Albion Park NSW Australia, yang semula direncanakan pada Nopember 2019, namun karena masalah teknis yang belum teratasi, harus diundur hingga Januari 2020. Sebagai Qantas Ambassador, sejak 2002, John Travolta dapat menerbangkan pesawat itu kemana saja sesuai keinginan pribadinya, namun dengan melakukan promosi untuk maskapai tersebut.
Apabila rencana penerbangan ferry pesawat ini benar telaksana pada Januari 2020 mendatang, sesuai aturan keselamatan penerbangan sipil, John Travolta tidak diperbolehkan menerbangkannya, karena pesawatnya sudah berubah registrasi. Pesawat N707JT sejak 2017 telah berganti kepemilikan menjadi milik HARS sehingga registrasinya akan berubah menjadi registrasi Australia (VH-xxx), sedangkan lisensi pilot John Travolta dikeluarkan oleh FAA, Amerika.
Sejak dimiliki oleh John Travolta sebagai salah satu pesawat pribadinya, desain interior dan konfigurasi kabin penumpang pesawat ini dirubah sehingga hanya memiliki 25 seat, ruang tidur, dapur dan ruang makan. Selama sebagai ambassador, biaya perawatan pesawat tersebut menjadi tanggungan maskapai Qantas. Perawatan pesawat ini dilakukan secara berkala dan ketat. Di tahun 2017, komunitas penggemar pesawat lawas HARS, di Albion Park mendapat sumbangan pesawat ini langsung dari John Travolta, pada saat berkunjung ke homebase HARS, di Illawara Regional Airport pada tahun 2017.Sumber: ABC News dan HARS
Pesawat Kargo Tanpa Awak
Dikutip dari Bloomberg
eberapa waktu lalu kita membaca artikel tentang pelayanan lalu lintas udara melalui teknologi virtual yang dikenal dengan Remote Virtual Tower. Ini adalah bagian dari kemajuan teknologi virtual. Selain itu, kini, adalah era di mana pekerjaan yang dilakukan oleh manusia atas dasar kecerdasan manusia (human intelligence), mulai dilirik untuk digantikan oleh kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence, dalam bahasa Indonesia, Intelegensi Artifisial = IA). "Persaingan" antar kecerdasan manusia (yang merupakan pembuat kercedasan buatan) dengan kecerdasan buatan terus meningkat. Apakah kita harus berdiam diri cukup dengan kecerdasan yang kita miliki, sebagai "as it is" saja? Tentu saja, tidak. Untuk menciptakan kemakmuran bangsa, dituntut mengembangkan beragam kecerdasan yang kita miliki dengan cara di share dan dimunculkan dalam upaya menemukan inovasi baru, untuk kemaslahatan orang banyak. Anggaran riset di negeri ini sudah mencapai angka tertinggi selama negeri ini merdeka, mencapai 30 triliun rupiah.
Dunia melalui organisasi penerbangan sipil dunia dan otoritas penerbangan sipil di negara maju pun sudah sejak lama mempersiapkannya, bukan hanya untuk pelayanan remote di tower saja, tapi juga untuk penerbangan pesawat tanpa awak.
Nama pesawat yang dikendalikan secara remote dikenal sebagai pesawat udara tanpa awak, diperkenalkan secara nasional di Amerika pada sistem Unmanned Aircraft System (UAS) yang diadopsi oleh Kementerian Pertahanan Amerika (Office of the Secretary of Defense) bersama FAA dalam Peta Jalan Unmanned Aircraft Systems Roadmap 2005-2030. Ada beberapa nama lain untuk UAS yang memiliki kesamaan dalam beroperasinya Unmanned-Aircraft Vehicle System (UAVS), seperti Remotely Piloted Aerial Vehicle (RPAV) dan Remotely Piloted Aircraft System (RPAS). Inovasi teknologi UAV sesungguhnya sudah dimulai lama, yaitu sejak 1900-an yang ketika itu hanya diperuntukkan bagi misi militer, dan terus dilanjutkan hingga PD I (1914-1918). Saat ini pengguna UAV di dunia terbagi menjadi 3 besar yaitu untuk keperluan Sipil, Komersial dan Militer. Pesawat tanpa awak sudah lama dipergunakan untuk misi kemiliteran dan mata-mata di dunia. Perusahaan besar di bidang pertanian dan perkebunan (farming) di beberapa negara telah mempergunakan drone (RPAV) untuk penyemprotan pupuk dan insektisida anti hama serangga yang menyerang tanamanan.
Kami akan berbagi sekilas info tentang UAV sebagai bagian dari sistem Unmanned –Aircraft Vehicle dalam kaitannya dengan pelayanan untuk kemaslahatan orang banyak, yaitu, penerbangan kargo. UAV untuk kargo akan menjadi bagian tugas dalam sistem pelayanan lalu lintas penerbangan di ruang udara negeri ini di tahun 2020. Ada banyak negara yang sudah memproduksi secara massal UAV untuk berbagai kepentingan. Produksi UAV yang terus meningkat akan menimbulkan masalah baru, yaitu keselamatan dalam pengendalian lalu lintas penerbangan. Beberapa negara seperti, Amerika, Inggris, Jerman, Tiongkok dan Turki telah menjadi negara produsen pesawat tanpa awak ini, yang belakangan lebih dikenal dengan sebutan drone. Negara UAE sejak 2014 tengah mempersiapkan pelayanan UAV untuk mengirimkan barang-barang bantuan ke wilayah yang sedang mengalami bencana. Badan penerbangan sipil federal FAA pada tahun 2013, masih melarang penggunaan transportasi kargo melalui udara mempergunakan UAV khususnya dalam pelayanan TacoCopter untuk delivery makanan yang populer seperti Italian food, pizza dan Mexican food dari restauran Taco Bell. Google melakukan pengoperasian percobaan UAV sejak 2014-2016 dengan jenis Google X UAV untuk pengiriman barang. Perusahaan jasa pengiriman barang melalui udara DHL telah melakukan pengiriman obat-obat an dengan drone yang dibuatnya sendiri melalui pesawat percobaannya sejak 2013.
Indonesia memulai percobaan pengiriman barang kargo melalui udara mempergunakan UAV sejak 3 bulan terakhir di tahun 2019. Dalam percobaan tersebut, dipersiapkan 3 drones yang membawa barang kargo, diawali untuk wilayah Indonesia bagian timur. Pesawat drone yang dipergunakan oleh operator ini, memiliki kemampuan jelajah sampai 1.200 km dan kapasitas barang kargo yang diangkut mencapai maksimal 2,2 ton. Apabila hasil percobaan ini memuaskan, armada drone akan ditambah secara bertahap hingga mencapai 100 unit pesawat. Operator pengangkut barang kargo yang melayani penerbangan kargo dengan drone ini meyakini bahwa, total biaya mengirimkan barang kargo dengan mempergunakan drone akan memangkas biaya sebesar 30% dari total biaya bila dibandingkan dengan mempergunakan layanan penerbangan dengan pesawat udara biasa. Untuk mengoperasikan pesawat kargo dengan skala nasional tentunya harus dipenuhi terlebih dahulu fasilitas infrastrukturnya seperti SDM dan aturan keselamatan dalam pelayanan lalu lintas udaranya yang meliputi batas ketinggian, ruang udaranya dan rute tersendiri. Selain itu perlu dibangun terlebih dahulu pusat logistik (hub) dan tempat pendaratan khusus. Pada gambar di samping terlihat pesawat kargo UAV buatan Tiongkok hasil modifikasi dari pesawat jenis PAC P-750-XSTOL buatan Selandia Baru.
Memang, ada negara demi kemakmuran negerinya bisa menjadikan sesuatu yang awalnya tidak mungkin, menjadi mungkin, namun masih ada pula negara yang sebaliknya, sesuatu yang tidak mungkin, masih tetap terus tidak mungkin, walaupun diyakini bentuk perubahan itu dapat mewujudkan kemakmuran. Menurut sensus terkini, jumlah penduduk di negeri kita, sudah mencapai lebih dari 268 juta jiwa di tahun 2019, terbesar ke-4 di dunia. Penambahan jumlah penduduk, juga harus dibarengi dengan peningkatan sumber-sumber kemakmuran. Ayo bangsaku, mari maju bersama, untuk kemakmuran negeri, tinggalkan hal-hal yang menghambat upaya pemerintah dalam memakmurkan bangsa ini. Semoga pelayanan berbasis teknologi pengendalian jarak jauh ini bermanfaat bagi bangsa ini, untuk kemakmuran negeri.Sumber : Bloomberg dan narasi dari indonesia-icao.org
Tower Tanpa Petugas, Siapa Takut?
Oleh: Srie Peryati*)
Di jam operasi sebuah tower, ketika petugasnya, sedang tidak berada di tempat, maka akan terdengar suara panggilan pilot pesawat berkali-kali tanpa ada jawaban. Bisakah itu terjadi ? Ya bisa, karena mungkin saja petugasnya yang bertugas sendirian sedang tidak berada di kabin tempatnya bekerja. Di saat jam operasi, meninggalkan ruang kabin tugas tanpa ada penggantinya, tidak diperbolehkan. Namun kini, dengan adanya kemajuan teknologi virtual, sebuah bandar udara bukan hanya tidak memiliki petugas pengendali di kabin kerja, bahkan bangunan towernya pun tidak ada. Kemajuan teknologi virtual saat ini sudah mencapai tingkat di mana hal yang dulu tidak mungkin, kini menjadi mungkin. Perintis teknologi ini adalah German Aerospace Center (DLR) yang sudah mulai menggagasnya sejak 2002. Teknologi virtual yang dimaksud adalah teknologi untuk fungsi pelayanan tower jarak jauh, tanpa harus dilakukan oleh petugas di kabin tower di bandar udara itu. Sebutan untuk bentuk pelayanan ini adalah Remote and Virtual Tower (RVT). Perusahaan penyedia teknologi virtual dari Amerika telah membangun pelayanan RVT di beberapa Tower yang berstatus ADC dan AFIS di bandar udara terpencil di Republik Kazakhstan sejak 2013.
Layanan dalam bentuk ini sudah dioperasikan di bandar udara di Swedia, sejak beberapa tahun lalu. Scandinavian Mountains Airport yang juga dikenal dengan nama Sälen Trysil Airport, di Swedia, yang ketinggian landasan 15/33 nya berada 491 m di atas permukaan laut, (akan) menjadi bandar udara pertama di dunia tanpa bangunan tower yang pengoperasiannya akan dimulai pada 22 Desember 2019 (yang akan datang). Pelayanan lalu lintas penerbangan (ATS) di bandar udara ini dilayani terpisah secara RVT, dari kota Sundsvall, yang berjarak 300 km jauhnya dari lokasi bandar udara yang berada di kawasan pegunungan itu. Di pusat pengendalian di kota Sundsval, juga tidak ada bangunan yang menjulang tinggi seperti tower, namun berbentuk ruangan yang memiliki layar monitor yang dapat memandang sekeliling bandar udara Pegunungan Skandinavia dengan jangkauan seluas 360° dan kualitas tampilan gambar HD (high definition), seperti terlihat pada gambar paling atas. Dukungan berbagai alat augmentation (penguatan) modern dan kamera resolusi tinggi untuk penglihatan di malam hari, pengiriman data secara otomatis dan berbagai alat sensor khusus dipasang di bandar udara pegunungan Skandinavia untuk kemudian "dikirimkan" ke pusat pengendalian di Sundsvall.
Indonesia yang memiliki kondisi bandar udara pegunungan dan terpencil di Papua, saat ini sudah mulai merintis dengan melakukan sejumlah percobaan. Namun perbedaannya dengan Amerika dan Swedia yang terlebih dahulu mengoperasikan teknologi virtual ini adalah, Indonesia merupakan negara dengan populasi lebih dari 265 juta orang dan memiliki tingkat angkatan kerja yang sangat besar. Keadaan itu menjadikan Indonesia masih membutuhkan kesempatan untuk memberdayakan banyak tenaga kerja dalam bentuk “padat karya”. Dalam menetapkan kebijakan untuk mempekerjakan petugas (baru), otoritas di Indonesia seyogianya memandang RVT atau otomatisasi dari sudut pandang yang berbeda dari Amerika dan Skandinavia yang sudah merupakan negara maju. Penggunaan RVT di Indonesia dipastikan akan menjadikan bandar udara di daerah terpencil tidak lagi melibatkan dan meningkatkan SDM di lokasi bandar udara itu berada, sekaligus mengurangi kesempatan putra daerah maupun angkatan kerja lain untuk berbakti bagi daerahnya, setidaknya melalui layanan sebagaimana selama ini diberlakukan. Padahal, Indonesia masih sangat membutuhkan pemerataan kesempatan kerja. Menempatkan petugas baru di daerah terpencil, hasil lulusan training provider yang mulai bertambah jumlahnya di negeri ini, bukan lah sebuah kesalahan yang dijadikan alasan RVT harus diterima begitu saja. Mereka harus belajar memulai jenjang karir dari bawah dan menjadi besar berdasarkan siklus jenjang kepegawaian yang ditata dengan baik.
Dengan demikian, kiranya kalaupun dirasa ada kebutuhan yang sudah saatnya dipenuhi dalam hal peningkatan pemanfaatan teknologi maju, patut dipertimbangkan bahwa RVT akan memusatkan tenaga kerja berbagai kegiatan pengaturan lalu lintas udara hanya di kota besar saja. Apakah keputusan FAA untuk menutup 149 Aerodrome Control Tower (ADC) dari 516 yang ada, sebagaimana yang telah dilakukan sejak 17 April 2013, karena alasan yang disebut “sequester” (keterbatasan anggaran belanja negara), harus juga diikuti oleh Indonesia?. Tentu saja jawabannya adalah tidak. Ingat, bahwa sebuah produk baru akan selalu terlihat baik bila disampaikan dari sisi produsen.
Sumber: FAA, CNN dan Flight Global
*) Penulis: Pencermat Pendidikan dan Pemberdayaan SDM; Lulusan S1 Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia Tahun 1980 dan S2 (MA), University of Sussex, Brighton UK Tahun 1992, sebagai penerima Scholarship OTO BAPPENAS.email:srieperyati@yahoo.com
Go Around dengan Rumus Matematika
Oleh: Capt. Nugroho
ebagai seorang penerbang jenis pesawat fixed wing komersial charter dengan jumlah jam terbang 15.000, Alhamdulillah (jam terbang ini) telah dilaksanakan dengan Zero Accident. Kepatuhan menjalankan standar keselamatan sepenuhnya tanpa kompromi merupakan pedoman selama bertugas. Pada kesempatan ini akan disajikan tips bagi para aviator di negeri ini yang mungkin dapat dicermati manfaatnya, terutama bila akan mendarat di bandar udara yang non precision. Penentuan untuk keputusan pendaratan sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang bervariasi dalam "melihat" jarak pandang permukaan landasan untuk pendaratan di sebuah bandara. Go Around dalam tulisan ini adalah terkait dengan keputusan terakhir pilot untuk membatalkan pendaratan dalam kondisi di mana touch down zone di landasan masih belum terlihat, karena alasan cuaca. Ada beberapa alasan lain dilakukannya go around, antara lain instruksi petugas tower yang disebabkan secara mendadak situasi landasan tidak clear untuk didarati.
Di negeri kita pernah diberlakukan ketentuan yang menyatakan bahwa operasional bandar udara dapat dinyatakan ditutup oleh pihak otoritas (petugas ATS), bila jarak pandang yang "dilihat" petugas ATS (tower), sudah mencapai kurang dari batas minimum yang ditetapkan dengan menyebut runway closed due to visibility (weather) below minima. Di banyak bandar udara di negara lain yang memiliki fasilitas alat bantu pendaratan yang lebih lengkap dan presisi, keputusan sebuah pendaratan hanya dilakukan oleh PiC (pilot in command = kapten pilot), bukan oleh petugas tower atau otoritas bandar udara. Biasanya patokan angka 800 meter untuk jarak pandang mendatar adalah jarak yang ditetapkan sebagai batas minimum di bandar udara yang memiliki fasilitas alat bantu Instrument Landing System Cat I (category I). ILS Cat lebih tinggi (II dan III), batas jarak pandang minimumnya akan kurang dari 800 meter. Ukuran jarak pandang minimum di setiap bandar udara, harus dipatuhi oleh para penerbang dalam memutuskan sebuah proses pendaratan, apalagi bila status bandar udara itu adalah non precision (tidak ada alat bantu ILS dan hanya memiliki fasilitas NDB atau DME/VOR). Apabila sudah dipastikan benar bahwa jarak pandang itu di bawah ketentuan atau dikenal dengan visibility di bawah 800 meter, sebagai kapten pilot (pilot in command = PiC) pesawat komersial charter untuk kepentingan rotasi karyawan perusahaan perminyakan yang membawa penumpang hingga lebih dari 45 orang, akan melakukan pembatalan pendaratan dan melakukan prosedur Missed Approach sesuai IAP Chart bandara tujuan untuk menuju holding position (dengan harapan cuaca membaik) atau segera melakukan diversion (bila di prediksi keadaan cuaca memburuk).
Menghadapi keadaan cuaca demikian kami memiliki tips yang selalu dilakukan di manapun akan mendarat. Jarak pandang tentunya bisa ditetapkan sekurang-kurangnya oleh pilot in flying dan petugas ATS berdasarkan kemampuan daya penglihatan masing-masing (pilot dan petugas tower). Apakah hasil pengukuran berdasarkan penglihatan dari kedua sumber tersebut sama? Jawabannya bisa YES atau bisa juga NO, artinya tidak pasti karena yang satu melihatnya dari udara ke arah landasan yang berada di bawah dan yang satu lagi dari tower ke arah sepanjang landasan. Selain kedua sumber itu masih ada alat pengukur jarak pandang otomatis elektronik yang tidak di intervensi oleh tangan manusia, yaitu RVR (Runway Visual Range). Jadi sebenarnya ada 2 "pasang mata" dan 1 alat elektronik di darat yang melihat jarak pandang yang akan dijadikan rujukan untuk sebuah pendaratan di saat cuaca buruk. Sebagai PiC dalam sebuah penerbangan yang harus menyelamatkan penerbangan setiap saat, tips sederhana yang dilakukan adalah dengan mempergunakan rumus matematika sederhana sebagai berikut: + x + = +; - x + = -; namun bila - x - = jawabannya bukan + tetapi harus merujuk kepada alat pengukur otomatis RVR. Tanda (+) berarti jarak pandang berada di atas batas minimum dan (-) adalah jarak pandang di bawah batas minimum. Dengan demikian bila, positif x positif hasilnya sama dengan positif (+), artinya pilot melihat landasan berjarak di atas batas minimum atau > 800 m, dan petugas tower juga (+). Hasil + berarti bisa pilot boleh mendaratkan pesawat. Bila hasilnya negatif artinya tidak boleh melakukan pendaratan atau melakukan Go Around. Namun bila kedua-duanya negatif bukan berarti positif (+), tetapi harus kembali ke alat pengukur otomatis RVR sebagai rujukannya. Bila fasilitas RVR tidak ada di bandar udara itu, keputusan mendarat harus merujuk kepada hasil yang negatif (-), yaitu harus dilakukan pembatalan pendaratan. Bila RVR menunjukkan angka di bawah batas minimum (Visibility Below Minima), jangan pernah memaksakan kehendak dengan mencoba-coba melakukan proses pendaratan.
Kesimpulannya, bila ada satu saja pihak yang memberikan nilai (-) negatif, yang artinya melihat batas jarak pandang mendatar di landasan di bawah 800 meter, atau di bawah batas jarak pandang yang ditentukan oleh otoritas di sebuah bandar udara, janganlah memaksakan pendaratan. Tips kehati-hatian ini semata-mata adalah sebagai pedoman sendiri berdasarkan pengalaman terbang selama bertugas yang telah menjadikan terbebas dari berbagai insiden dan accident. Memang keputusan terakhir untuk sebuah pendaratan sepenuhnya berada di tangan PIC, karena hal itulah yang menjadikan banyak pilot melakukan manuver percobaan untuk mendarat walaupun sudah dinyatakan jarak pandangnya di bawah minimum. Selamat terbang dengan selamat dan nyaman.Penulis adalah Kapten Penerbang Lulusan Sekolah Penerbang University of North Dakota (UND) Amerika - Penerima Scholarship dari DGCA dan Inspektur Penerbang di DGCA.
Melacak Pesawat Hilang (di Papua)
ilangnya pesawat komersial MH370 ketika sedang melayani penerbangan regulernya dari Amsterdam Schipol Airport (AMS) Belanda ke Kuala Lumpur International Airport (KUL), Malaysia, pada pukul 0121/L tanggal 8 Maret 2014 dinihari, di posisi titik lapor waypoint IGARI di ketinggian FL350, telah merubah teknologi pelacakan dan penjejakan penerbangan dunia. Kita semua memaklumi bahwa penerbangan di atas permukaan air merupakan hal yang biasa, namun bila kejadian musibah terjadi di perairan atau samudera akan menjadi masalah yang tidak biasa dalam melakukan pertolongannya. Padahal planet biru ini >70% nya (±361.132.000 km²) adalah merupakan wilayah perairan. Oleh sebab itu musibah hilangnya MH370 yang diperkirakan terjadi di perairan yang maha luas itu, segera mendorong ICAO untuk melakukan peningkatan aspek keselamatan khususnya bagi penjejakan di jalur penerbangan global. Menuliskan judul di atas dengan kata Di Papua di dalam kurung mengingat, hilangnya pesawat komersial bukan hanya didominasi oleh penerbangan di jalur internasional saja, di Papua pun masih tetap terjadi, bahkan di saat ICAO telah mengeluarkan berbagai macam aturan terbarunya yang lebih ketat lagi. Flight Folowing adalah sebagian dari bentuk pelayanan navigasi penerbangan yang sudah sejak lama diberikan, berdasarkan kesepakatan internasional (sesuai amanah Konvensi Chicago 1944) oleh setiap otoritas di dunia, melalui pelayanan lalu lintas udara (ATS = Air Traffic Service) yang berlaku hingga saat ini. Dari pelayanan (navigasi penerbangan) yang sudah diberlakukan lama itu, musibah hilangnya MH370 oleh pihak industri dianggap sebagai adanya kekurangan pelayanan yang kemudian dijadikan sebagai peluang bisnis dalam mengatasinya. Maka mulailah mereka berinisiatif untuk menemukan teknologi tersebut dan berlomba untuk menawarkannya kepada operator. Penawaran alat pelacak dengan memanfaatkan satelit dan GPS yang dibuat secara modern terus bermunculan. Jadi bukan hanya pelayanan transportasi berbasis daring yang telah meluluhkan industri bisnis taksi konvensional, namun kini sudah terlihat adanya tanda-tanda pelayanan pelacakan pesawat akan diambil alih oleh teknologi semacam ini yang praktis dan murah. Supaya kemajuan ini dapat tetap dikendalikan oleh otoritas, ada semacam warning bagi otoritas untuk mengatasinya, yaitu dengan selalu memberikan pelayanan ATS secara proaktif, profesional dan dengan kualitas yang lebih presisi, terbaik dan tanpa jalur birokrasi yang ketat dan terkesan membebani dan mempersulit.
Sebagai contoh, ada beberapa perusahaan swasta yang sudah lama menginvestasikan modalnya di negeri ini dengan mendapatkan Aprroved Training Provider Certificate dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Usaha yang dilakukan oleh perusahaan ini adalah pemberian materi kursus pedoman bimbingan bagi calon Licence Holder yang akan melayani ATS di plant site nya. Pemegang lisensi itu merupakan karyawan dari perusahaan perminyakan atau mineral yang bertugas di plant site perusahaan itu yang memiliki fasilitas pendukung seperti helikopter, pesawat udara, bandar udara khusus, helideck atau heliport. Hampir sebagian besar fasilitas itu berada di wilayah remote yang sulit dijangkau dan terletak di lepas pantai dalam bentuk rig atau platform mengapung. Fasilitas itu semua adalah milik perusahaan yang memang sangat dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan eksplorasi dan produksinya. Melihat kenyataan itu semua, sebaiknya investor training provider ini, diberikan beberapa privileges dalam bentuk kemudahan, mengingat pemberian kursus itu merupakan pencerahan demi terwujudnya keselamatan penerbangan. Apalagi di era reformasi perizinan diberlakukan saat ini, diharapkan para inspektur yang datang mengawasinya bertindak sebagai pengayom bukan auditor. Di sisi lain, pada dasarnya penugasan para karyawan perusahaan perminyakan dan mineral itu melaksanakan tugas yang bukan merupakan tugas utamanya (core), namun, demi efisiensi perusahaan dan memenuhi ketentuan otoritas, di mana keselamatan penerbangan harus dilayani sepenuhnya secara gate to gate dalam 1 flight cycle. Sementara itu dukungan transportasi melalui udara sangat dibutuhkan dalam melakukan berbagai kegiatan seperti eksplorasi dan produksi, maka pemberian ATS harus tetap dilaksanakan di manapun penerbangan itu dilaksanakan.
Untuk diketahui bersama, bahwa penugasan di bandara, heliport dan platform atau rig milik perusahaan itu sendiri yang umumnya berada di remote areas, merupakan penugasan yang didelegasikan atau penugasan dengan pemberian lisensi kepada karyawan perusahaan perminyakan dan mineral. Pendelegasian dengan pemberian lisensi tersebut untuk memberikan pelayanan keselamatan penerbangan helikopter atau fixed wing yang dicharter oleh perusahaan tersebut guna mendukung kegiatan eksplorasi atau produksinya. Konsep pendelegasian semacam ini telah dilakukan di semua negara yang memiliki penerbangan perminyakan dan mineral. Lihat gambar helideck di Anoa Natuna Vessel yang berfungsi sebagai storage mengapung dengan melakukan jangkar di Natuna Sea. Perusahaan Premier Oil plc dari Inggris sebagai pemegang konsesi produksi di ladang gas Natuna Sea Block A dan Kakap, telah melengkapi fasilitas keselamatan ATS nya dengan memasang tambahan perangkat radar cuaca di ruang radio Anoa Natuna Vessel yang juga berfungsi untuk memantau pergerakan lalu lintas helikopter dari/ke helideck di Anoa Natuna Vessel. Petugas ATS yang melayaninya berlisensi AGGGR (Air-Ground and Ground-Ground Radiotelephony).
Penemuan teknologi komunikasi berbasis satelit dan radar generasi baru dengan memanfaatkan satelit Global Positioning System pasca hilangnya MH370 itu, tidak dapat dielakkan lagi. Kini, telah muncul berbagai macam penawaran perangkat surveillance yang akurat, lengkap dan simpel, untuk mengatasi hilangnya pesawat di dalam penerbangannya. Tercatat saat ini pihak industri telah menghasilkan berbagai produk seperti SkyRouter, Spidertrack Flight Following dan ADS-B, -C. Harus diakui bahwa peningkatan teknologi tersebut sangat bermanfaat untuk keselamatan walaupun terkesan lebih didorong oleh keinginan pihak industri yang ingin maju lebih dahulu dibandingkan dengan birokrasi yang dikeluarkan oleh badan-badan atau otoritas seperti ICAO, FAA dan EASA. Memang pihak industri selalu berbasis bisnis semata. Untuk menyelaraskannya, ICAO, dalam melaksanakan amanah isi Konvensi Chicago 1944, telah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan mengeluarkan pedoman yang disebut sebagai Normal Aircraft Tracking Implementation Initiative (NATII). Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam Komisi bentukan ICAO ini. Semoga setelah berbagai perangkat pelacak modern ini bermunculan, tidak ada lagi laporan pesawat hilang yang tidak ditemukan di negeri ini.
Munculnya berbagai macam alat penjejak tersebut tentunya dapat menimbulkan pertanyaan, apakah alat itu sudah sesuai dengan kriteria dan spesifikasi pelayanan navigasi penerbangan sesuai dengan ICAO?. Salah satu acuan penggunaan layanan navigasi penerbangan di dunia adalah Future Air Navigation System (FANS) dari ICAO yang Komisi Khususnya dibentuk pada 1983.
Komisi ini menerbitkan Konsep Akhir tentang FANS pada tahun 1991 dan pada 1993 mulai diterbitkan secara resmi. FANS secara umum adalah gambaran alat navigasi penerbangan di masa depan yang akan ditetapkan oleh ICAO yang merubah dari bentuk sekarang, komunikasi 2 arah antara pilot dengan petugas di darat, dengan cara dari bentuk voice reports ke data link (CPDLC = controller-pilot data link communications), dalam bentuk automatic digital. Melihat waktu persiapannya, maka perubahan umum pelayanan navigasi udara itupun memerlukan waktu yang cukup panjang. Penerbangan percobaan dengan penggunaan FANS secara penuh, sudah dimulai pada 24 Mei 2004, ketika sebuah BBJ (Boeing Business Jet) menyelesaikan penerbangan dari Gary Chicago International Airport, Indiana ke Geneva, Switzerland sejauh 7.400 km yang ditempuh secara non-stop selama 8 jam. Komunikasi yang dilakukan di sepanjang segment tersebut sepenuhnya mempergunakan automatic digital, tanpa terdengar suara manusia ketika melakukan pengiriman berita initial climb, maintain flight level, request descend, approaching dan clearance pendaratan. Namun yang pasti, mengatur lalu lintas penerbangan masa depan yang akan bertambah banyak itu, masih harus dilakukan, hanya bentuk komunikasinya saja yang bisa berubah.
Pesawat Lawas Tangguh Jatuh
apa Redaksi: AYO Bangsaku, kita MOVE ON sejenak dari berita-berita COVID-19, yang telah membuat kita merasa ketakutan setiap saat, saling mencurigai dan hampir bertindak yang tidak realistis setiap saat, unsocialized, sehingga muncullah tindakan preventif yang kebablasan dalam mengatasi pandemi ini. Berikut ini kami pilihkan "cerita" sebenarnya, yang terjadi di bumi pertiwi paling timur negeri ini, Papua, yang hanya dapat ditemui di portal ini.
"It is always better to be on the ground and wish to fly, than to fly and wish to be on the ground". Arti harfiah wise word ini beragam untuk mewujudkan sebuah keselamatan, bisa berarti agar tunda dulu penerbangan, sampai cuaca membaik; atau perbaiki dahulu pesawatnya sebelum terbang; atau jangan diteruskan terbang bila menghadapi cuaca sangat buruk, hindari atau RTB (return to base), seraya menunggu sesaat di darat; atau arti lainnya adalah divert to another airport menunggu sampai cuaca membaik, lalu kembali ke point of destination.
Tulisan tersaji berikut ini semata-mata dibuat untuk "mengenang" sebuah pesawat jenis Caribou lawas yang menurut PEN Turbo Aviation Ltd., sudah berumur 44 tahun (dihitung sejak tahun pembuatannya pada 1972 sampai pesawat itu diterbangkan ke Biak pada 2016, setelah dilakukan refurbish pada tahun 2014). Namun menurut data Preliminary Report NTSC pesawat ini sudah berumur 56 tahun, atau buatan 1960. Pesawat ini memang masih tangguh setelah diperbaharui, terbukti dengan keberhasilan menerbangi jarak lebih dari 15.000 km dengan total lama penerbangan 56 jam (6 hari), termasuk di salah satu segment terbang terjauhnya adalah selama 13 jam 33 menit secara non stop ketika terbang dari Cape May Airport, NJ ke Santa Maria Airport, California di atas daratan Amerika. Selain itu di 4 segments berikutnya pesawat ini terbang di atas samudera terluas di dunia, Pasifik.
Pesawat ini sebenarnya direncanakan untuk kemaslahatan masyarakat terpencil dalam meningkatkan perekonomian dan misi kemanusiaan (economic development and humanitarian use) yang berada di wilayah bumi pertiwi paling timur di lokasi terpencil di Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Sejatinya nama Caribou adalah nama jenis rusa kutub yang hidup tangguh di lereng pegunungan bercuaca ekstrim seperti di Kanada bagian utara. Pada 17 September 2014, pesawat lawas Caribou N303PT itu, terlihat di gambar atas sedang melakukan penerbangan perdana setelah selesai di refurbish di PEN Turbo dengan 2 mesin baru turbo. Selamat ber"MOVE ON".....
abrik pesawat yang memproduksi jenis Caribou ini adalah de Havilland Aircraft of Canada Ltd yang berlokasi di Toronto, Ontario Kanada. Pabrik yang berlokasi di Kanada ini didirikan tahun 1928 oleh perusahaan induknya yang berada di Inggris. Dalam perjalanan sejarah produksi pesawat, pabrik de Havilland Aircraft of Canada dikenal telah memproduksi berbagai jenis pesawat handal yang hingga kini masih populer dan beroperasi (in service). Pesawat yang diproduksi tersebut adalah jenis Chipmunk (DHC-1), Beaver (DHC-2), Otter (DHC-3), Caribou (DHC-4), Buffalo (DHC-5), Twin Otter (DHC-6), Dash-7 (DHC-7) dan Dash-8 (DHC-8). Pabrik pesawat de Havilland Aircraft of Canada Ltd. sudah tidak ada, karena diakuisisi oleh Bombardier Aerospace sejak Maret 1992. Dari sekian banyak produksi pesawat de Havilland Aircraft of Canada tersebut, ada beberapa hak pembuatan jenis pesawat bermesin propeller (baling-baling) yang kemudian "dibeli" oleh Viking Air Ltd. of Sidney (induk perusahaan: Longview Aviation) yang berlokasi di propinsi British Columbia, Kanada. Bombardier masih mempertahankan lisensi pembuatan pesawat jenis Dash-8. Di tahun 2019, jenis ini pun sedang dalam tahap negosiasi untuk dibeli hak pembuatannya oleh Viking Air Ltd. Khusus jenis Dash-8, saat ini masih dikembangkan oleh Bombardier dengan seri Q yang dikenal dengan Q400. Pesawat yang populer disebut Caribou ini adalah salah satu yang dibeli hak pembuatannya oleh Viking Air Ltd bersama dengan jenis lainnya seperti, DHC-1, -2, -3, -5, -6 dan -7. Pembuatan semua jenis pesawat itu sekarang akan dilakukan dan dikembangkan seri terbarunya oleh Viking Air Ltd, tentunya berdasarkan permintaan pasar. Jenis pesawat Caribou ini aslinya adalah versi militer bermesin reciprocating (piston ) dan termasuk dalam jenis STOL (short take-off landing).
Kembali ke pesawat handal Caribou N303PT, oleh Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya sejak awal direncanakan untuk dioperasikan dalam jangka waktu yang lama di ruang udara Papua. Pesawat ini direncanakan melayani penerbangan kargo masyarakat di Kabupaten Puncak Jaya, Papua yang memiliki bandar udara Aminggaru, Ilaga yang berada diketinggian 7.500 kaki di atas permukaan air laut. Penerbangan ke/dari bandar udara Ilaga yang termasuk plateau airport, sejak 1987 tercatat telah mengalami 8 kecelakaan (fatal dan non fatal) dan 5 diantaranya terjadi di tahun 2016. Jumlah kecelakaan fatal yang disebutkan tadi bertambah lagi bila dihitung sampai kini (2019). Tentang bandar udara Ilaga sendiri sudah kami sajikan terlebih dahulu di halaman utama ini dalam artikel Penerbangan Selamat Ke Bandara Plateau. Menurut informasi terkini yang kami peroleh, landasan Ilaga sudah diperpanjang yang proyeknya dimulai tahun 2017.
Proses pembelian pesawat lawas ini oleh Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya, Papua prosesnya relatif singkat. Didahului dengan kunjungan bisnis oleh rombongan Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Indonesia ke Cape May County Board of Chosen Freeholders,NJ Amerika yang kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke Pen Turbo Aviation Inc. pada 23 Pebruari 2016. Setelah melalui kesepakatan bisnis, pesawat yang akan dipergunakan oleh Pemerintah Kabupaten Puncak untuk meningkatkan ekonomi dan melayani misi kemanusian itu, beberapa bulan kemudian sudah siap untuk segera diterbangkan menuju Indonesia. Beberapa bulan sebelum pesawat diterbangkan menuju Indonesia, diawali terlebih dahulu dengan keberangkatan rombongan dari Indonesia ke Amerika. Rombongan dipimpin oleh bupati Puncak Papua ke Cape May County, NJ bertujuan untuk meninjau persiapan kedatangan pesawat yang akan dibeli. Rombongan disambut terlebih dahulu dalam sebuah pertemuan Freeholders Caucus yang diketuai oleh Gerald Thronton sebagai direkturnya. PEN Turbo Aviation adalah sebuah bengkel pesawat Amerika yang berhasil melakukan re-engineering pesawat Caribou dari asalnya bermesin piston R-2000 Twin Wasp menjadi turbo. Turboprop yang berasal dari 2 kata turbo (turbine) dan propulsion (penggerak ), yang secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah mesin turbin yang menghasilkan tenaga untuk menggerakkan baling-baling pesawat yang berasal dari udara yang dipanaskan (combusted) dan dimampatkan (compressed) dalam ruang turbin, yang kemudian akan menjadi tenaga penggerak baling-baling yang mendorong pesawat untuk terbang. Turboprop adalah mesin yang lebih tangguh dibandingkan piston.
Rekayasa ulang mesin pesawat Caribou ini dilakukan oleh PEN Turbo Aviation di bandar udara Cape May County New Jersey. Carribou atau DHC-4A registrasi N303PT, diproduksi oleh de Havilland Canada pada tahun 1960 (data dari NTSC). Oleh PEN Turbo, kedua mesinnya dirubah dari piston menjadi turbo. Perubahan ini akan dapat meningkatkan kekuatan daya dorong mesinnya maupun daya kapasitas angkutnya. Pesawat bermesin piston berbahan bakar avgas (aviation gasoline) sedangkan pesawat bermesin turboprop berbahan bakar avtur (aviation turbine). Pen Turbo Aviation Inc. adalah sebuah bengkel pesawat khusus untuk modifikasi mesin pesawat jenis Carribou dari piston menjadi turbo. Bengkel pesawat inilah yang telah berhasil mengganti mesin pesawat N303PT dengan jenis P&WC PT6A- 67T buatan Pratt & Whitney. Pilot dari pabrik pesawat ini telah melakukan test flight perdana pesawat N303PT pada 2014 dengan hasil memuaskan. Mesin ini diakui oleh pabriknya sebagai mesin yang memiliki kekuatan yang berkisar dari 500 sampai lebih dari 2000 shp (shaft horse power).
Dalam buletin resminya disebutkan pula oleh pabrik mesin pesawat ini bahwa PT6A telah dipakai oleh 6.500 pesawat dari lebih 170 negara. Kemampuan lainnya adalah dapat bertahan beroperasi di wilayah Antarctica (di wilayah kutub selatan) dan Arctic (di wilayah kutub utara) yang bersuhu 70°C di bawah titik beku (0°C). Di sisi lainnya, pesawat ini dibuat memang dengan berbagai keperkasaan untuk terbang di wilayah terpencil dan plateau. Panjang landasan yang diperlukannya pun sangat pendek, cukup hanya kurang dari 300 m. Prestasi pesawat ini memang sudah teruji ketika dipergunakan di perang Vietnam. Angkatan Darat Amerika membeli sebanyak 159 unit untuk transportasi taktis pasukannya. Pada gambar terlihat ketika jenis pesawat ini disewa oleh United Nations (UN), untuk melaksanakan penerbangan kemanusiaan membantu korban bencana gempa bumi di Haiti. Dari pesawat bekas US Army itulah beberapa Caribou ini dibeli oleh maskapai di Indonesia untuk melayani penerbangan kargo di Papua.
Setelah melalui pembahasan yang cermat, Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya, Papua pun akhirnya menyetujui untuk membeli pesawat lawas bekas ini, untuk dipergunakan melayani operasi penerbangan kargo ke/dari bandar udara Ilaga di Kabupaten Puncak. Bandar udara ini terletak terpencil di daerah plateau Papua yang dikelilingi oleh pegunungan yang dikenal dengan nama Puncak Mandala. Sejak diputuskan untuk dibeli dan direncanakan akan dipergunakan oleh Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya, pesawat N303PT yang ketika itu telah berumur lebih 44 tahun (sumber dari NTSC menyatakan: 56 tahun), segera dipersiapkan oleh PEN Turbo Aviation Inc., untuk melakukan penerbangan ferry jarak jauhnya dari Amerika ke Indonesia. Penerbangan ferry adalah penerbang tidak langsung menuju tujuan akhir yang akan menempuh jarak jauh.
Pesawat N303PT adalah pesawat bekas perang Vietnam, diterbangkan ke Indonesia, masih dengan registrasi Amerika yaitu N303PT.
Rute penerbangannya dari Amerika ke Indonesia diawali dari bandar udara keberangkatan tempat asal (pemiliknya) PEN Turbo Aviation Inc., Cape May Airport, NJ via Santa Maria CA kemudian melalui Honolulu dan beberapa bandar udara di pulau yang terletak di samudera Pasifik dan selanjutnya ke bandar udara Frans Kaisiepo Biak Indonesia. Initial heading (arah penerbangan berdasarkan arah kompas atau compass bearing) pesawat di lima segments penerbangan ferry, ketika menuju ke Biak berada di 249° sampai 278° (westerly), lihat peta selengkapnya di bawah ini. Tercatat dalam Flight Track Log, segment terakhir sebelum mendarat di bandar udara Frans Kaisiepo Biak, pesawat ini lepas landas dari Pohnpei Islands Samudera Pasifik. N303PT lepas landas dari Pohnpei International Airport, Selasa 10 Mei 2016 jam 09.11AM, ke Biak dengan menempuh jarak 1.694sm dalam waktu tempuh secara nonstop selama 9 jam 11 menit. Inilah peta jalur penerbangan ferry N303PT dari Amerika ke Indonesia yang ditempuh dalam total waktu 6 hari dalam waktu lebih dari 54 jam terbang dengan jarak sejauh 15.716 km sejak 3 Mei 2016 sampai 10 Mei 2016. Selama perjalanan long haulnya dalam 5 segments tersebut, dilaporkan teknis dan operasi penerbangan lancar. Kinerja mesin pesawat dalam kondisi baik, hanya perangkat radio HF di pesawat yang bermasalah. Kerusakan radio komunikasi High Frequency (HF) pesawat ini dapat diatasi dengan mempergunakan HF radio portable milik Cpt. BoB. Penerbangan ferry melalui samudera Pasifik yang penuh dengan resiko ini diawaki oleh John Early sebagai PIC, Bob Ambrose sebagai pilot ferry yang berpengalaman dan Greg Hudson sebagai ahli mesin pesawat. Inilah jalur panjang pesawat lawas bermesin turbo baru ketika melewati bagian selatan samudera terluas di dunia, Pasifik.
Selanjutnya, pesawat ini terdaftar dimiliki oleh Pemkab. Puncak Jaya dan akan dioperasikan oleh Perkumpulan Penerbangan Alfa Indonesia dan diterbangkan oleh pilot Trigana Air Service. Maskapai ini memang sejak 2004 telah mengoperasikan jenis Caribou yang telah lebih dahulu dimilikinya. PK-YRO (dimiliki maskapai ini sejak 2005, buatan 1961) dan PK-YRJ (dimiliki sejak 2004 buatan 1961). Kedua Caribou DHC-4A yang dimiliki oleh Trigana adalah pesawat bekas US Army ketika Vietnam War (1955-1975). PK-YRO dihapus dari CoR (Certificate of Registration) atau dinyatakan dihapus (written-off) setelah mengalami kecelakaan di Mamit, Papua pada 10 Oktober 2006. Badan pesawat PK-YRO terbelah dua karena pesawat kehilangan kendali pada saat akan mendarat akibat posisi sudut mendaratnya terlalu rendah (tajam) atau dikenal dengan sebutan undershot. Sedangkan pesawat PK-YRJ mengalami kecelakaan tergelincir di bandar udara Mulia pada 30 Juli 2007. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan dan diatur secara lebih khusus lagi dalam Peraturan Menteri Nomor 7/2016, maka, ketiga pesawat Caribou itu tidak dapat diberikan sertifikat CoA dan CoR lagi, sebagai persyaratan untuk beroperasi, karena selain sudah hancur karena mengalami kecelakaan juga sudah melewati batas umur pesawat kargo yang diperkenankan.
Setelah melalui penerbangan jarak jauhnya, N303PT mendarat dengan selamat di bandar udara Frans Kaisiepo Biak pada Selasa 10 Mei 2016 sore hari pukul 04.23WIT. Ketiga awak pesawat N303PT disambut kalungan bunga dalam sebuah upacara khusus yang meriah. Beberapa hari setelah mendarat di bandar udara Frans Kaisiepo Biak Papua, N303PT kemudian berganti menjadi registrasi Indonesia, PK-SWW. Konon kabar yang diperoleh dari sebuah sumber berita di media lokal, pesawat N303PT ini, semenjak pendaratan pertamanya di Biak tersebut, sempat di "grounded" beberapa lama (±4bulan), sehingga tidak langsung dioperasikan, dengan alasan tidak lengkapnya persyaratan dokumen clearance. Tidak dijelaskan lebih rinci oleh media online tersebut persyaratan dokumen apa yang belum dilengkapi. Sebuah pesawat asing (beregistrasi negara asing) bila akan menerbangi/memasuki ruang udara untuk mendarat di bandar udara di Indonesia, sebelumnya harus memiliki terlebih dahulu 3 jenis izin sebelum memulai penerbangannya. Ketiga izin tersebut yaitu, Security Clearance (Kemenhan), Diplomatic Clearance (Kemenlu) dan Flight Aprroval (Kemenhub).
Pesawat lawas ini melakukan penerbangan nonstop terlama ketika terbang di segment antara Cape May Airport, NJ. (east coast) ke Santa Maria, CA. (west coast) di ruang udara di atas daratan Amerika. Jarak antara 2 bandar udara tersebut sejauh 2.182nm dapat ditempuh secara non stop dalam waktu 13 jam 13 menit. Penerbangan non stop terlama itu dimungkinkan karena pesawat ini membawa 2x "collapsable tanks" berkapasitas total 2x 529 gallon bahan bakar tambahan di dalam kabin. Collapsable tank dikenal pula dengan sebutan turtle pack bladders tank, adalah sejenis tanki bahan bakar pesawat berbahan khusus yang lentur yang dapat dilipat setelah selesai dipergunakan. Penerbangan ferry ini menempuh jarak sejauh ±15.716km dalam 5 segments, melalui samudera Pasifik, diterbangkan oleh pilot berpengalaman dan berlisensi yang dikeluarkan oleh FAA dan TC (Transport Canada). Pilot ini terkenal berpengalaman melakukan penerbangan jarak jauh melewati samudera Pasifik secara ferry untuk jenis pesawat bermesin turboprop dan piston. Inilah contoh gambar tanki tambahan penerbangan ferry 2x 500 USG gallon collapsable tanks lintas samudera di kabin pesawat Twin Otter. Salah satu perusahaan pengantar pesawat lintas negara (World Wide Ferry) yang dipergunakan oleh beberapa maskapai Indonesia untuk mengambil jenis pesawat bermesin turboprop dan piston adalah Planes & Parts Ltd yang berlokasi di Calgary Kanada.
Petugas ATS di bandar udara plateau ini secara proaktif akan memberikan beragam informasi penting kepada pesawat yang akan mendarat maupun lepas landas. Informasi yang dimaksud dapat berupa kondisi bandar udara, cuaca terkini termasuk bila terjadi perubahan mendadak menjadi buruk, traffics (pergerakan pesawat lain), kecepatan angin dan altimeter setting QNH serta berita lainnya yang akan dikirimkan melalui komunikasi radio. Pilot pesawat wajib mempergunakan informasi penting tersebut sebelum melakukan keputusan turun/meninggalkan batas terendah ketinggian selamat dalam proses pendekatan atau untuk menghindari cuaca buruk. Dalam proses pendekatan dan pendaratan, sebelum memutuskan untuk meninggalkan ketinggian jelajah, pilot flying (PF) harus memastikan bahwa pesawat akan terbebas (clear) dari traffics atau berbagai obstacles di bawahnya. Kecelakaan pesawat akibat menabrak permukaan ketinggian dikenal dengan sebutan Controlled Flight Into Terrain (CFIT dibaca sebagai cee fit). Kecelakaan CFIT banyak terjadi di wilayah pegunungan atau plateau seperti di Papua. Kecelakaan ini terjadi sebagian besar diakibatkan oleh karena pilot mengalami spatial disorientation (pilot kehilangan orientasi letak yaitu tidak mengetahui secara benar/tepat pesawatnya sedang berada di posisi mana) ketika sedang melakukan manuver dalam menghadapi cuaca buruk umumnya di fase pendekatan.
Rencana operasional pesawat ini di bumi paling timur Indonesia ternyata berakhir dengan cepat. Takdir Allah SWT. Tuhan Sang Pencipta Alam, Yang Maha Kuasa, memutuskan lain, pesawat lawas perkasa ini akhirnya harus grounded selamanya, sangat jauh dari tempat lahirnya di Kanada, sangat jauh dari tempat beroperasinya yang pernah di Afrika dan Kanada, untuk terbaring selamanya di bumi pertiwi Indonesia bagian paling timur. Berita menyedihkan ini diterima, 5 bulan sejak pesawat ini mendarat pertama kalinya di bumi Indonesia, setelah berhasi dengan gemilang menyelesaikan penerbangan ferrynya yang sangat jauh. Musibah yang sering dialami oleh penerbangan di wilayah paling timur negara kita ini seperti kejadian rutin saja. Pada Senin 31 Oktober 2016, telah terjadi peristiwa kecelakaan menyedihkan ke-3 di tahun 2016. Pesawat lawas bermesin turbo baru, PK-SWW terbang di jalur singkat yang dikelilingi oleh pegunungan. Pesawat ex perang Vietnam itu jatuh menabrak bukit dengan jumlah korban tewas 4 orang awak pesawat beserta kargo yang berisi antara lain alat alat pembuat irigasi dan pencampur semen total seberat 3.130kg. Pesawat kargo jenis Caribou (de Havilland Canada DHC-4T = Turbo) ini awalnya diberitakan hilang kontak dengan petugas ATS, setelah 26 menit lepas landas dari bandar udara keberangkatan Moses Kilangin, Timika (07.23 WIT). Padahal pesawat beregistrasi PK-SWW milik Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya - Papua yang dioperasikan oleh Perkumpulan Alfa Indonesia namun diterbangkan oleh pilot Trigana Air Service itu, baru saja disambut pendaratan penerbangan pertamanya ke Ilaga dalam sebuah upacara adat besar-besaran yang bernama Bakar Batu pada 15 September 2016.
Pesawat PK-SWW dipastikan mengalami kecelakaan setelah tertangkapnya sinyal marabahaya melalui pancaran Emergency Locator Transmitter di posisi 04° 07" 46'S 137° 38" 11'E, berjarak 40-45 NM dengan radial 060° terhadap posisi "TMK" VOR (TMK = Tanggo Mike Kilo adalah identifikasi untuk VOR Timika = VHF Omnidirectional Range yaitu alat bantu navigasi penentu letak landasan) pada pukul 08.23 WIT. Pihak BASARNAS memastikan lokasi jatuhnya pesawat tersebut di koordinat 04° 06" 27' S - 137° 38" 79' E pada ketinggian 12.000 feet. Ketinggian puncak Mandala yaitu pegunungan yang mengelilingi Ilaga memiliki puncak tertinggi 15.000 kaki. Lokasi kecelakaan pesawat ditemukan oleh tim BASARNAS dalam operasi SAR setelah dinyatakan pesawat PK-SWW memasuki fase distress atau DETRESFA. Distress Phase dihitung 30-60 menit sejak estimasi waktu lapor di sebuah posisi atau ETA yang tidak kunjung dilaporkan menjadi waktu aktual atau ATA. Pernyataan keadaan distress dilakukan setelah deklarasi INCERFA dan ALERFA oleh petugas ATS terkait yang bertanggung jawab di bandar udara tujuan. Posisi kecelakaan yang ditemukan di ketinggian tersebut adalah merupakan elevasi umumnya untuk wilayah di sekitar Ilaga Papua. Ini merupakan kecelakaan fatal kedua sejak 1987 dan pertama di tahun 2016 sehingga menjadikan total telah terjadi 6 kecelakaan non/fatal pada penerbangan di/menuju ke bandar udara ini (2 kecelakaan dengan korban dan 4 tanpa korban). Belum sampai 2 bulan sejak terjadinya musibah Caribou, telah terjadi kembali kecelakaan di bandar udara Aminggaru Ilaga. Rabu 23 Nopember 2016, sebuah pesawat milik Jhonlin Air Transport PK-JBR jenis Cessna Grand Caravan tergelincir di bandar udara Ilaga. Dalam kecelakaan yang ke-4 dalam tahun 2016 ini, tidak ada penumpang dan awak pesawat yang cedera. Kecelakaan ke-5, terjadi kembali ketika pesawat jenis Pilatus PC-6 PK-BVM milik Susi Air tergelincir pada 31 Desember 2016 pagi. Tidak ada korban pada kecelakaan pesawat yang membawa kargo tersebut. Kecelakaan fatal terkini di rute Timika – Ilaga dialami oleh PK-CDC Twin Otter milik Rimbun Air pada 18/9/2019.
Apa sebenarnya yang terjadi?. Penerbangan yang sangat jauh merupakan uji kelaikan baik secara teknis maupun operasional. Pabrik pesawat telah membuktikan kehandalan pesawat ini termasuk awak pesawat yang menerbangkannya. Kini, hanya tinggal tersisa "scapegoat" sebagai faktor penyebab utama, yang paling sering diucapkan, yaitu, cuaca buruk di Papua yang sulit diprediksi dan yang perubahannya terjadi secara cepat. Cuaca buruk merupakan salah satu faktor yang biasanya akan dimasukkan dalam daftar salah satu kelompok faktor penyebab multifactors. Apakah ada faktor lainnya yang harus kita temukan dan ungkap agar kecelakaan non/fatal di bumi pertiwi paling timur ini bukan merupakan sebuah "kejadian rutin"? Cuaca semacam di Papua ini bukan hanya terjadi di Indonesia, banyak negara yang memiliki cuaca super ekstrim seperti ini, namun banyak pula otoritas di negara tersebut yang dapat mengatasinya dengan baik, tanpa harus terus menerus mengalami kecelakaan ulangan yang sama. Kami berharap tulisan ini, yang disusun dari berbagai sumber terpercaya, dapat menggugah hati para pengunjung setia kami, apakah Anda sebagai pembaca biasa, ahli, cendekia, pemerhati, pencermat, pengamat atau bahkan pemutus kebijakan yang peduli keselamatan di negeri tercinta ini, Indonesia, untuk berperan serta.
(Sumber:Aviation Safety Network, Cape May County Herald.com, Wikipedia English Versions, PEN Turbo Aviation, Great Circle dan Flight Track Log).Go Home 🏠
Solusi Keselamatan untuk Papua
Catatan Kami: Judul di atas adalah kata pengantar untuk artikel utama kami di bawah ini. Artikel utama ini adalah sebuah tulisan tentang solusi keselamatan khususnya penerbangan di Papua, yang telah kami susun dengan dukungan masukan dari pembaca potensial dari pelosok dunia. Tulisan ini berisi pandangan kami sebatas pengalaman dan dukungan berbagai kemajuan teknologi komunikasi global generasi lanjut berbasis satelit untuk penerbangan yang selamat dan efisien khususnya di Papua. Selamat dan efisien adalah 2 dari hanya 4 amanah utama isi Konvensi Chicago 1944 yang menjadi dasar tujuan dibentuknya standar dan tindakan yang direkomendasikan (SARPs) oleh ICAO. Kemajuan teknologi komunikasi berbasis satelit tersebut telah dipublikasikan sebagai white-paper* oleh ICAO (*Sebuah publikasi resmi yang diterbitkan bisa oleh sebuah Negara, Non Government Organization atau Industri yang berinisiatif = Industry Initiative yang di fasilitasi oleh ICAO sebagai bahan pedoman atau rujukan untuk mengatasi isu berkembang di masalah keselamatan yang serius). White-Paper tersebut berjudul: Ensuring No Aircraft In Distress Is Lost. ICAO-GADSS - Concept of Global Flight Tracking.
Perangkat untuk meningkatkan keselamatan ini dapat dimiliki dan dioperasikan oleh pihak operator atau maskapai penerbangan (bukan otoritas) sebagai fasilitas pendukung. Petugas berlisensi AGGGR (Air-Ground and Ground-Ground Radiotelephony) dan FOO (dengan tambahan lisensi komunikasi dua arah air-ground) yang saat ini sudah banyak dimiliki oleh perusahaan kontraktor minyak dan gas, mineral logam, operator dan maskapai di Indonesia, dapat untuk mengoperasikannya dengan prosedur komunikasi air-ground. Sedangkan bagi petugas AFIS yang merupakan petugas di bawah badan pengelolaan pelayanan navigasi penerbangan milik pemerintah tentunya sudah terfasilitasi oleh berbagai alat navigasi surveillance pendukung lainnya. Pelayanan dan fasilitas keselamatan yang selama ini hanya dilaksanakan oleh otoritas penerbangan sipil tersebut, akan memperoleh penguatan dari peran serta pihak operator atau maskapai yang mempergunakan perangkat ini, sebagaimana yang telah dilaksanakan di 50 negara di dunia termasuk Indonesia. Di wilayah ekstrim seperti Papua, menambah opsi fasilitas keselamatan penerbangan adalah sebuah upaya yang pasti akan lebih baik lagi. Artikel disajikan dalam dwibahasa, Inggris dan "Bahasa". Artikel dalam bahasa Inggris dan Indonesia tersaji di halaman ini. Inilah artikel dalam "Bahasa". Harapan kami, semoga pihak berwenang terkait dengan keselamatan penerbangan khususnya di Papua dapat bersinergi dengan bentuk penguatan ini yang sudah berlangsung lama di negara lain. Selamat membaca....
Penjejakan Sistem Satelit Global
Untuk Penerbangan Selamat dan Efisien
Ketentuan penerbangan sipil mengharuskan, semua pesawat yang beroperasi di wilayah udara (FIR) sebuah negara akan diberikan beragam pelayanan keselamatan pelayanan navigasi udara. Berbagai jenis pelayanan pelayanan tersebut bertujuan agar sebuah penerbangan menjadi selamat, efisien, teratur dan nyaman. Pelayanan diberikan, dari mulai pesawat melakukan push back (atau melakukan pergerakan awal dari posisi parkir) di bandar udara keberangkatan sampai dengan diakhiri nanti, ketika berhenti parkir di bandar udara tujuan. Undang-Undang tentang penerbangan di Indonesia menyebutkan definisi keselamatan sebagai "suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum". Isi undang-undang melalui kata terpenuhi itu memiliki arti bahwa untuk mencapai kondisi selamat, proses sebuah penerbangan harus diberikan pelayanan sepenuhnya, yang memiliki makna bukan parsial.
Persyaratan keselamatan dalam lingkup navigasi penerbangan salah satunya disebutkan oleh ICAO dengan memberikan pelayanan lalu lintas udara (air traffic services = ATS). Semua otoritas di setiap negara anggota ICAO harus memberikan pelayanan tersebut di atas sebagai sebuah pelayanan yang bersifat mandatory yaitu keselamatan (safety), efisiensi (efficiency), keamanan (security) dan keteraturan (regularity), demi hasil akhir (outcome). Keempat outcomes tersebut dimunculkan sejak sejarah adanya penerbangan sipil dibentuk menjadi sebuah wadah global antar bangsa sebagai kreasi dari amanah Konvesi Chicago 1944 hingga sekarang. Perkembangan jaman yang ditandai dengan kemajuan teknologi di bidang navigasi penerbangan melahirkan berbagai inovasi cemerlang yang turut mendukung pelayanan tersebut yang selama ini hanya diberikan oleh otoritas di sebuah negara. Salah satu bentuk pelayanan keselamatan itu adalah penyampaian informasi penting kepada pesawat yang sedang terbang (in-flight).
Di sisi lainnya, dinyatakan oleh ICAO, bahwa setiap publikasi hasil penyelidikan kecelakaan yang dialami oleh sebuah penerbangan sipil di manapun hanya boleh untuk dijadikan sebagai sebuah peringatan untuk selanjutnya dijadikan pembelajaran (R&D) untuk mengatasinya di kemudian hari agar tidak terulang kembali dan bukan untuk tujuan yang lain.
Pelayanan lalu lintas udara (ATS) salah satu bentuk pelayanan keselamatan yang sangat didominasi komunikasi air-ground untuk pemberian berbagai berita yang bersifat informasi, instruksi maupun bentuk pengaturan lainnya terhadap pesawat terbang di ruang udara yang menjadi tanggungjawabnya. Di era modern saat ini berbagai dukungan alat pemantauan dibutuhkan agar setiap pesawat dapat terlayani secara maksimal, baik yang diberikan oleh otoritasnya maupun oleh perusahaan pengoperasi pesawat tersebut. Operator pesawat berskala global telah lama memulai pelayanan ekstra tersebut untuk turut menyelamatkan operasi penerbangan nya secara 24/7 dan gate to gate. Mereka telah membuat operation center sendiri untuk "mengawal" semua penerbangannya di seluruh pelosok dunia secara kontinyu. Berbagai informasi cuaca yang sangat akurat disampaikan melalui kanal perusahaan (company channel) kepada semua pesawatnya yang sedang terbang di pelosok dunia. Operator dan maskapai domestik di Indonesia juga telah melayani operasi penerbangannya dengan memberikan pelayanan komunikasi air-ground melalui kanal VHF bahkan HF dengan petugas berlisensi.
Salah satu penyedia jasa pelayanan pemberian penjejakan satelit tersebut adalah perusahaan global Blue Sky Network dengan produk khususnya yang dikenal dengan nama SkyRouter™. Bila sebuah pesawat akan terbang dari satu titik (bandar udara atau airstrip) ketujuan titik lainnya, sejak penerbangan tersebut masih direncanakan sampai terbang sesungguhnya, alat pemantauan tersebut sudah memberikan berbagai data yang diperlukan dalam tayangan di layar monitor secara kontinyu yaitu antara lain berbagai keadaan cuaca sepanjang penerbangan, bentuk terrain di bandar udara tujuan beserta ketebalan awannya. Semua gambaran di sepanjang rute penerbangan pesawat tersebut dapat tergambar secara jelas dan sewaktu (real time). Pemberian informasi penting semacam ini di Indonesia, melalui perangkat SkyRouter™ dapat dilakukan oleh petugas Aeronautical Radio Officer (ARO) yang sudah sejak lama dimiliki oleh operator atau maskapai penerbangan. Setelah petugas tersebut melihat perubahan awan yang di luar prediksi, segera menyampaikan kepada pilot sebatas informasi, agar pilot segera mengambil keputusan, baik ketika berada di fase en-route, initial descent, approach dan pendaratan.
Salah satu bentuk kecelakaan fatal yang paling sering terjadi di bandar udara yang terletak di wilayah pegunungan dan terpencil adalah kecelakaan yang oleh ICAO disebut sebagai CFIT (controlled flight into terrain). Jenis kecelakaan CFIT sampai saat ini masih sering terjadi di wilayah paling timur Indonesia, Papua. Data yang dihimpun dari berbagai kecelakaan fatal yang terjadi di wilayah Papua lebih banyak diakibatkan oleh spatial disorientation pilot (akibat cuaca atau awan tebal) yang menutupi pandangan visual pilot pada saat sedang melakukan maneuver. CFIT akibat pesawat tidak dapat dikendalikan oleh pilot (loss of control in-flight = LOC-I) akibat kerusakan mesin jarang terjadi. Dari berbagai sumber tentang prosedur untuk mengurangi kecelakaan fatal CFIT, salah satunya (dari 5 items yang direkomendasikan) adalah terpasangnya alat surveillance di darat (bisa oleh otoritas maupun oleh company atau operator sendiri sebagai opsi) dan alat penerima di pesawat.
Berikut ini kami mencoba mengilustrasikan secara sederhana tindakan apa dan bagaimana yang harus dilakukan oleh seorang pilot dan dispatcher perusahaan pada saat pesawatnya terjebak masuk ke dalam awan tebal di luar prediksi sehingga sulit untuk dihindari dan harus keluar melalui "hole" awan tebal tersebut. Petugas ARO yang terus melakukan pemantauan pergerakan pesawat tersebut melalui komunikasi air-ground akan memberikan informasi segera, jalur mana yang terbebas dari awan tersebut untuk dijadikan sebagai pintu keluar menuju bandar udara alternatif atau jalur alternatif untuk melakukan pendekatan ulangan. Sebaiknya penghindaran semacam ini sudah harus dilakukan lebih awal lagi. Pendaratan pada saat jarak pandang tidak memenuhi syarat keselamatan tidak diperbolehkan sesuai ketentuan penerbangan VFR dan IFR. Alat ini akan memberikan peringatan dini (early warning) bila pesawat sudah menuju mendekati batas ketinggian minimum, berdasarkan data MEAs, MOCAs, MORAs , MCAs, MSAs dan MHAs bahkan MVAs, yang sudah diinput terlebih dahulu ke sistem SkyRouter™. Dikutip dari white paper ICAO industry initiative (partisipasi pihak industri untuk memperkenalkan hasil inovasi kemajuan teknologi khususnya dalam sistem penjejakan pesawat), kami sajikan di bawah ini tabel perbandingan dari beberapa perangkat surveillance dan komunikasi yang ada saat ini. Beberapa prasyarat (required capabilities) yang dibutuhkan untuk tercapainya sasaran alat penjejakan global antara lain adalah: coverage; pengiriman informasi kepada AOC (Airline Operation Center); automated trigger of one minute reporting in abnormal/distress states; two-way link between device and AOC dan lain-lainnya.
Operator penerbangan yang manajemen keselamatannya termasuk baik, akan membuat semua pemetaan bandar udara yang diterbangi dengan dilengkapi beragam data untuk mendukung operasi penerbangan yang selamat. Dispatcher operator yang berpengalaman akan memberikan informasinya sedini mungkin agar pilot pesawat memiliki waktu cukup untuk memutuskan apakah akan melanjutkan proses pendekatannya atau segera melakukan diversion. Dengan berbagai data yang akan diperoleh alat ini secara akurat dengan dukungan satelit Iridium bergenerasi lanjut, maka berbagai celah (blank spot) dari alat surveillance dan komunikasi konvensional yang selama ini sering terjadi dapat diatasi secara otomatis dan real time. Masih ada lagi kemampuan lain dari SkyRouter™ terkait dengan efisiensi dan keteraturan operasi penerbangan. Salah satu bentuk efisiensi adalah konsumsi bahanbakar pesawat dikaitkan dengan prediksi cuaca di sepanjang perjalanan. Blue Sky Network menyelamatkan penerbangan di wilayah manapun di dunia ini tanpa berbatas wilayah, waktu maupun posisi pesawat secara lebih awal.
Solusi ini menawarkan system secara total (end-to-end-system) dengan mengirimkan berbagai data yang dibutuhkan secara otomatis pada saat pesawat dalam kondisi membutuhkan (kritis). Data apapun dari pesawat (heading, speed, pitch, yaw, role, sudden altitude changes, etc) akan dikirimkan ke petugas control di darat secara real time setiap 15 detik. Selanjutnya data-data tersebut akan dipetakan dan disesuaikan dengan kondisi cuaca yang ada pada saat itu di lokasi tersebut, guna melakukan tindakan pencegahannya untuk mengantisipasi maneuver pesawat di lokasi manapun. SkyRouter™ sudah dipergunakan di 50 negara di dunia termasuk di Indonesia. Alat ini sudah diakui penggunaannya di dunia dengan telah diberikannya sertifikasi oleh FAA, EASA dan di Indonesia oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (DGCA). Penggunaan SkyRouter™ sangat sederhana, sebagaimana digambarkan di bawah ini.
Sumber : Blue Sky Network dan Indonesia-icao.org
Safety Solution for Papua
Editorial Note: The title above is the preface to the main article below. The main article is a writing on flight safety solutions specifically in Papua, Indonesia, which we have compiled with input from our potential readers around the world. This article contains our view to share experience and supported by advancements in advanced satellite-based global satellite communications technology for safe and efficient flight. Safety and efficiency are two of the only four main mandates of the Chicago Convention since it was formed in 1944 that serve as the basis for the establishment of ICAO Standards and Recommended Practices (SARPs). The advancement of satellite-based communications technology has been published as a white-paper by ICAO. The white paper's title is : "Ensuring No Aircraft In Distress Is Lost. ICAO-GADSS - Concept of Global Flight Tracking" (GADSS = Global Aeronautical Distress Safety System). White paper is an official publication can be issued by a State, Non Government Organization or an Industry as an initiative which is facilitated by ICAO into special publication to be a guideline or reference material to address developing issues related to safety.
This safety enhancement device could simply and easily be operated by an operator or an airline employee (not an authority employee) as a strengthening services. Licensed officer such as Air-Ground and Ground-Ground Radiotelephony Officer and FOO (Flight Operation Officer with the addition of air-ground communication's license) which is now mostly owned by oil and gas company, mineral industry operator and airline in Indonesia, are able to operate it with an air-ground communication procedures. Safety and infrastructure that officially have only been served and built by civil aviation authority will gain strengthening from private side such as the oil and gas company, mineral industry operator or airline as a completion and supporting service. In extreme areas like Papua, adding to the aviation safety facility option such as the satellite service is an effort that is sure to be better. Nowadays, the services has been implemented in 50 countries around the world including Indonesia. Articles are presented in bilingual, i.e. English and "Bahasa". Article in "Bahasa" can be read under the Domestic Corner heading. Here is the article. Happy reading.
In the provisions of civil aviation issued by ICAO, all aircraft operating in the Flight Information Region (FIR) of a country should be provided with safety services. Various types of services are aimed only for safety flights, ranging from push back (or performing initial movement) at the airport of departure up to the point of full-stop at the parking area at the destination airport.
The Indonesian Act Number 1/2009 on Aviation cites the definition of safety as "a condition for the fulfillment of safety requirements in the utilization of airspace, aircraft, airport operations, air transport, flight navigation, and supporting private, public facilities". In short; every stakeholder in safety should comply fully with efforts towards the safety requirements, and not just partial implementations. Safety requirements for air navigation are often mentioned by ICAO through air traffic services (ATS). Authorities in each ICAO member country must provide the above services as a mandatory item to accomplish safety, efficiency, and meeting regulatory mandates. The four outcomes were spawned since the history of civil aviation was formed into an international organization among nations after the implementation of the mandate of the Convention of Chicago 1944.
In the modern era, marked by technological advancements in the field of aviation, navigation, satellite based communication and data analytics, various brilliant innovations have been developed and helped optimize the flight safety and operational efficiency of numerous commercial and government operators. These technology services provide an autonomous, visual and advanced monitoring/analytics tool so that every aircraft as well as marine vessels, land vehicles, and personnel on critical missions altogether can be seamlessly monitored, tracked, and guided with 24/7 two-way data and voice SATCOM offering and using a very small product footprint.
These solutions offer an end-to-end ecosystem; by sending automatic geolocations (e.g. GPS) and many critical data points and patterns from the aircraft in-flight (heading, speed, pitch, yaw, role, sudden altitude changes, etc.) to the ground operations center as quickly as every 15 seconds. Furthermore, numerous aeronautical charts and customizable weather map layers can also be embedded into their visual GIS (Geographic Information System) to offer situational awareness, in all corners of the world.
Blue Sky Network is one such key portable and installable monitoring solution provider in the industry serving clients since 2001, with a large footprint in S.E. Asia, especially Indonesia, the Middle East, South America, Western Africa, Europe and the United States. Blue Sky Network is a pioneer in the development of satellite-based tracking of flight operations (as well as VMS in maritime and land/mobile assets) and two-way voice and data communications, all of which tightly integrate with their industry-leading command center - SkyRouter™ . FAA, EASA and DGCA have given certification to Blue Sky Network permanent installation devices, which are currently deployed in over 50 countries, including Indonesia.
SkyRouter™ safeguard's aircrafts with its many capabilities, such as flight tracking, advanced mapping and custom overlays, two-way messaging to/from the pilot, emergency beacon mode, and advanced alerting capabilities, to instantly notify operators of various exceedances/anomalies via text message or email. Most importantly, SkyRouter™ offers an advanced, customizable, analytics platform, for maintenance and airtime monitoring, taxiing logging, visualizations, and operational insights, in real-time.
If an aircraft plans to fly from one point (airport or airstrip) to another destination, flight plans can be submitted containing actual flight data, and the SkyRouter™ monitoring solution provides the data in an easily viewable format, continuously displayed on the screen.
Officers from the aircraft operating company (commonly referred to as licensed dispatchers), can continue to monitor and actively provide updates to aircraft in real-time. Weather changes that are beyond prediction can be visualized on the SkyRouter™ platform by dispatchers (via Map overlays), and immediately forwarded to the aircraft, during any phase of the flight.
One of the most common forms of fatal accidents in airports of mountainous and remote areas are referred to by ICAO as Controlled Flight into Terrain (CFIT). CFIT accidents are still regularly seen in eastern Indonesia and Papua. Data collected from fatal accidents occurring in the Papuan region indicates that the most common cause of these accidents is spatial disorientation of pilots due to bad weather such as heavy cloud coverage during maneuvers in the initial descending, approaching, or landing phase of flight. CFIT accidents where loss of control by the pilot (LOC-I) was determined to be the result of engine failure was rare occurrence in these areas. From various sources on the procedure for reducing CFIT fatal accidents, one of the 6 recommended items is the installation of monitoring and surveillance services. Blue Sky Network has been a key provider of such services in Indonesia for safety and operational efficiency.
For instance, we can demonstrate what and how that could be done by a pilot and the dispatcher teams of an operating company (e.g. air logistics, airline, tour, marine/vessel operators, oil/gas, mining or transportation, law enforcement and security operators) at the time the plane flies (or any other type of fleet) into the thick cloud (or any critical operating environment) beyond prediction that can normally not be avoided.
The dispatcher will provide immediate information regarding flight paths which are free from clouds, and alternative airport or alternative routes for second approaches. Landings when runway visibility is below minimal, or does not meet safety requirements are not allowed under VFR and IFR standard. Operators can provide an early warning (in an alert text, message, email or voice form) when the plane was heading or passing to minimum safe altitudes that are very dangerous. Some of the minimum safe altitudes data such as MEAs, MOCAs, MORAs, MCAS, MSAs, MHAs and MVAs may be pre-loaded into the systems accordingly.
SkyRouter™ also provides overlay capabilities to show terminal area charts at destination airports, with complete data to support aircraft operations. Experienced and licensed dispatchers or chief pilots can provide the information in real-time so that the aircraft pilot has enough time to decide whether to continue the process of approach, or immediately divert to an alternate aerodrome due to a variety of data to be acquired accurately from authorized agency such as FAA or National Weather Service.
Blue Sky Network's SkyRouter™ platform has proven to be the industry-leading fleet management portal since 2001.
SkyRouter™ platform has championed visual flight/fleet safety and operational analytics while saving operators money and lives through optimization routines. It is backed by the only global satellite communications network in the world, Iridium, with constellation satellites that cover more than 100% of the globe, providing coverage in areas where other networks cannot support and without any limitation or boundaries.(Sources: Blue Sky Network and Indonesia-icao.org)
Terbang Selamat Di Udara Dan Di Runway
Terbang Selamat Di Udara Dan Di Runway.
Peningkatan Strata Struktural Perwakilan di ICAO
Membaca judul di atas tentunya diperlukan penjelasan lebih jauh untuk mengetahui bentuk peningkatan apa yang sebenarnya akan terjadi di struktur perwakilan organisasi internasional itu. Kami akan mencoba untuk menguraikannya sejelas mungkin. Penempatan pejabat di Perwakilan atau Representative di ICAO sudah dilaksanakan sejak lama oleh Indonesia (sejak 1960-an) dengan menempatkan pejabat perbantuan dari Kementerian Perhubungan yang secara administratif kepegawaian posisinya berada di bawah struktur organisasi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ottawa, Kanada, berarti di bawah naungan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Perwakilan ketika itu di awali dengan perwakilan dalam keanggotaan Dewan (Representative on the Council) yang kemudian dengan berjalannya waktu telah berubah menjadi perwakilan dari Republik Indonesia di ICAO atau bukan sebagai anggota Dewan (Representative to ICAO) hingga saat ini. Jabatan struktural Representative selalu dirangkap dengan jabatan struktural Kepala Bidang Perhubungan dalam struktur organisasi KBRI di Ottawa. Saat ini status Indonesia merupakan Representative to ICAO yang berdomisili di Montreal, Kanada bersama beberapa perwakilan dari negara-negara lainnya yang bukan menjadi anggota Dewan. Apapun posisinya apakah sebagai anggota Dewan atau bukan, pejabat perbantuan yang berasal dari Kementerian Perhubungan tersebut, oleh Kementerian Luar Negeri diberikan posisi (nomenclature) yang sama yaitu sebagai Kepala Bidang Perhubungan atau kadang-kala disebut sebagai Atase Teknis atau Atase Perhubungan. Mencermati proses perjalanan posisi Representative dari tahun ke tahun tanpa adanya perubahan yang berarti kami menganggap, para pejabat yang berwenang di kedua kementerian teknis terkait, bentuk penugasan ini tidak bermasalah dan sepakat dengan strata serta nomenclature (sebutan nama jabatan struktural) yang diberikan kepada pejabat yang mewakili negara dalam organisasi penerbangan sipil internasional tersebut.
Pada Sidang Umum ICAO tahun 2001, 2004, 2007, 2010, 2013 Indonesia gagal untuk kembali menjadi anggota Dewan Part III, yaitu kelompok negara yang mencalonkan diri untuk menjadi anggota Dewan berdasarkan posisi geografis ruang udara negaranya yang strategis. Posisi Indonesia pada saat itu secara bergantian diisi oleh negara-negara Pakistan, Korea Selatan dan Malaysia (Korea Selatan dan Malaysia pada Sidang Umum ke-38/2013 terpilih kembali). Sejak 2004 walaupun Indonesia bukan sebagai anggota Dewan, namun sebuah privilege telah diberikan oleh ICAO kepada Indonesia untuk tetap berada di Council Chamber secara resmi bersama beberapa negara lain yang juga bukan sebagai anggota Dewan dengan diberikannya plakat khusus nama Negara Indonesia dalam Ruang Pertemuan Dewan. Kesempatan ini diberikan berdasarkan kriteria negara yang pernah menjadi council dan yang mempersiapkan diri untuk maju menjadi council di General Assembly mendatang. Tidak semua negara yang bukan anggota Dewan diperkenankan untuk hadir sebagai observer secara rutin dalam setiap sidang Dewan tersebut.
Berbicara mengenai kegagalan yang terus menerus terjadi tersebut di atas, telah teridentifikasi faktor yang menjadi penyebabnya yang dapat digeneralisir dalam dua kelompok besar yaitu internal dan external. Faktor internal menyangkut dukungan kebijakan seutuhnya yang berasal dari institusi yang terkait langsung dan ini merupakan faktor klasik karena memang terus terjadi sejak lama. Faktor eksternal menyangkut pengakuan negara-negara di luar Indonesia baik sebagai anggota Dewan atau perwakilan di ICAO dalam kaitaannya dengan gambaran kondisi keselamatan di Indonesia.
The International Civil Aviation Organization (ICAO) is a specialized agency of the United Nations. It was created in 1944 to promote the safe and orderly development of international civil aviation throughout the world. It sets standards and regulations necessary for aviation safety, security, efficiency and regularity, as well as for aviation environmental protection. The Organization serves as the forum for cooperation in all fields of civil aviation among its Member States. Itulah definisi resmi tentang ICAO.
Secara umum, materi pembahasan dalam pertemuan anggota Dewan berkisar di masalah yang sedang menjadi topik dunia, pembahasan program jangka panjang, pendek dan menengah serta unggulan ICAO, penghematan, pengelolaan keuangan, masalah keselamatan penerbangan yang diangkat menjadi masalah global. Secara prosentase memang harus diakui bahwa masalah keselamatan mendominasi topik bahasan di sepanjang pertemuan Dewan diikuti oleh masalah security dan kemudian efisiensi dan keteraturan. Mungkin dapat diuraikan jalannya pembahasan yang selalu kami ikuti dalam berbagai topik permasalahan, memang menuntut kemampuan berdiplomasi dengan latarbelakang pengetahuan tentang penerbangan sipil khususnya. Untuk lingkup pekerjaan ini, memang sudah tidak wajar bila penempatan perwakilan Indonesia di ICAO hanya diberikan tingkat (eselon) yang menurut pengamatan kami paling rendah bila dibandingkan dengan semua perwakilan yang ada baik di Dewan maupun bukan di Dewan yang berasal dari negara lain. Perwakilan dari United States misalnya, di Dewan ICAO diangkat oleh Presiden Amerika, dengan sebutan Ambassador (Duta Besar) demikian pula dari Prancis. Perwakilan tetap dari Singapura berada setingkat dengan Direktur Jenderal. Selama ini ICAO tidak pernah mempermasalahkan siapa yang akan menduduki posisi perwakilan dari sebuah negara sepanjang surat resmi atau dikenal dengan sebutan Credential Letter dari negara yang bersangkutan diterima. Selain itu, Daftar Riwayat Hidup atau Curriculum Vitae (CV) seorang yang dicalonkan juga menjadi pertimbangan khusus. CV harus diterima sebelum surat pengakuan dari ICAO diterbitkan, dan status paspor yang bersangkutan termasuk sebagai Paspor Diplomatik. Kementerian teknis tidak memerlukan pejabat setingkat amassador, namun yang dibutuhkan adalah pejabat yang tepat untuk mewujudkan visi misi keselamatan penerbangan menjadi sebuah kenyataan.
Kinerja keselamatan Indonesia memang mengalami pasang surut bila didasarkan kepada penilaian USOAP ICAO. Tercatat pada tahun 2014, nilai audit Indonesia berada di titik yang paling bawah sejak diberlakukannya program audit ini oleh ICAO. Nilai audit sebenarnya bukan saja mencerminkan kinerja implementasi standard dan recommendation practices dari aplikasi Annex dan ketentuan lain ICAO, namun juga berarti pembinaan terhadap semua operator dan industri penerbangan dari otoritas di negara audited tersebut. Nilai yang di terbitkan pada Summary Report USOAP sebuah negara, merupakan gambaran kinerja keselamatan sejak beberapa tahun kebelakang. Program audit itu memiliki proses multi years dari beberapa fase yang memerlukan adanya Corrective Action Plan sebagai sebuah kesempatan untuk melakukan perbaikan. Fase perbaikan merupakan kesempatan terakhir sebelum USOAP ini dipublikasikan secara global oleh ICAO.
Masalah pembinaan keselamatan di Indonesia sangat krusial dan memerlukan penanganan yang kompleks dan berjenjang, sehingga diperlukan jabatan yang berjenjang dalam aplikasinya. Banyak faktor yang diperlukan dalam terciptanya keselamatan. Di dalam kenyataannya audit ICAO melalui USOAP telah dijadikan tolok ukur oleh berbagai badan audit dunia dalam turut memberikan peringkat keselamatan sebuah negara. Gambaran ini menunjukkan sebuah sistem publikasi yang bersinerji. Dalam USOAP, ke-8 area (items) yang diaudit oleh ICAO telah mewakili unsur terbentuknya sebuah keselamatan secara lengkap. Aspek Organisasi, Legalisasi, Lisensi, Operasi, Pelayanan Navigasi Udara, Kelaikudaraan, Investigasi Kecelakaan, Aerodromes. ICAO melakukan audit langsung ke lokasi di 191 negara anggota. Mereka tidak melakukan audit hanya sebatas laporan di atas kertas saja. Untuk itu diperlukan koordinasi yang solid antara auditor dan negara audited baik di kantor pusat maupun di lapangan, dengan tujuan, agar program ini terlaksana secara benar dan reliable. ICAO tidak akan pernah meninggalkan sebuah negara yang belum memenuhi kriteria pemenuhan implementasi SARPs dibelakang negara-negara lain sebagaimana slogan dalam kampanye ICAO saat ini yang berbunyi : NO COUNTRY LEFT BEHIND (lihat slogan berikut).
Sebenarnya harus diakui walau tanpa peningkatan strata yang begitu drastis dari hanya sekedar pejabat eselon Kepala Bidang langsung menjadi "Duta Besar", ICAO pasti akan membantu permasalahan dari negara tertentu yang mengalami penurunan tingkat keselamatannya. Apalagi ICAO sendiri tidak mempermasalahkan siapa yang duduk dalam keorganisasian internasional tersebut, sepanjang ada penugasan secara resmi. Namun bila merasakan pasang surutnya rekam jejak para pejabat yang diberi tugas mewakili negara di ICAO ini, peningkatan tersebut perlu segera direalisasikan. Kendala lainnya adalah Representative Indonesia yang masuk dalam Part III bukanlah perwakilan yang bersifat tetap tidak seperti Amerika, Prancis dan negara-negara besar lainnya. Dampak perubahan status dari Representative on the Council menjadi Representative to ICAO akan berdampak pula kepada bobot kerja dan scope tanggungjawab yang akan mengecil.
Seorang pejabat perwakilan negara yang diberikan tugas untuk menjadi penghubung sekaligus pemutus kebijakan dalam forum dunia selayaknya memiliki kemampuan yang related, strata yang memadai, memiliki integritas dan dukungan yang nyata oleh semua pihak. Rencana perubahan nomenclature struktur perwakilan untuk ditingkatkan menjadi "Duta Besar" sebagaimana pernyataan Menteri Perhubungan baru- baru ini merupakan sebuah terobosan apik yang patut diapresiasi untuk menjawab berbagai harapan bangsa dalam peningkatan keselamatan penerbangan yang seutuhnya. Perubahan ini diperlukan untuk menjawab semua masalah khususnya yang berkaitan dengan kondisi keselamatan penerbangan di Indonesia selama ini. Dengan pembentukan nomenklatur baru nanti diharapkan permasalahan keselamatan global yang dihadapi penerbangan Indonesia yang sebagian besar berasal dari pengakuan masyarakat dunia, diharapkan dapat diselesaikan melalui pembahasan langsung di forum Dewan. Menjadi anggota Dewan sejatinya adalah masalah pengakuan dari luar dan dalam negeri. Pengakuan internal dapat menjadi dasar kesuksesan dalam forum internasional melalui jalur diplomasi. General Assembly ke-39 sudah di ambang pintu, semoga di arena untuk memperoleh pengakuan dunia sebagai Representative on the Council of ICAO dapat terwujud dengan baju nomenclature yang baru ini. Penerbangan harus diakui adalah lingkup dunia yang border-less, sehingga pengakuan dunia sangat diperlukan. Pengakuan itu bukan hanya bangga dengan mengedepankan data statistik dalam melayani lonjakan penumpang yang luar biasa atau pengoperasian jumlah armada pesawat baru bergenerasi lanjut yang terus meningkat, namun mereka harus diyakinkan bahwa keselamatan penerbangan di Indonesia sudah sepenuhnya memenuhi standar keselamatan internasional yang tidak lain adalah berasal dari ICAO. Cukup sederhana dalam pernyataan, sulit terlaksana dalam kenyataan. Janganlah sampai muncul pernyataan dari pejabat pemerintah kita yang menyatakan bahwa kecelakaan penerbangan yang terjadi di Indonesia masih rendah, bila dibandingkan dengan tingginya tingkat kecelakaan di moda transportasi lainnya, sehingga kecelakaan pesawat dapat dianggap sebagai sebuah masalah biasa. Pengabaian ini sangat berbahaya bagi pembentukan budaya keselamatan di negeri ini. Itulah salah satu tugas calon "Duta Besar" kita yang diharapkan sudah memiliki SAFETY CULTURE terlebih dahulu sebelum mulai bertugas di ICAO. GoodluckGo Home 🏠